Musibah Tak Lepas Dari KehendakNya

Dalam hidup, setiap manusia tidak selamanya melewati jalan yang mulus. Terkadang, seseorang dihadapkan pada kejadian-kejadian yang menyulitkan dan merenggut kebahagian, seperti sebuah ujian dan musibah. Musibah adalah bagian dari skenario Allah yang harus dijalani oleh setiap manusia di muka bumi ini. Oleh karenanya, musibah akan tetap datang silih berganti selama dunia ini masih berputar. Musibah merupakan rahasia Allah yang tidak dapat dihindari atau ditunda barang sedetik pun.

Skala dari musibah itu sendiri berbeda-beda. Ada musibah yang berskala besar, ada juga musibah yang berskala kecil. Meskipun begitu, setiap peristiwa yang membuat kita menderita secara alami pasti selalu mendapat penolakan dari dalam diri. Karena sejatinya manusia diciptakan dalam keadaan suka berkeluh kesah, terutama ketika ditimpa oleh kesulitan.

Baca juga Dimanakah Cinta Berada?

Sebagai hamba Allah, manusia hendaknya berpikir positif bahwa sebuah musibah diturunkan dengan suatu maksud tertentu. Di balik musibah tersebut, pasti terdapat pelajaran yang dapat dipetik agar manusia menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya. Dibutuhkan keikhlasan dan kerelaan untuk bisa berdamai dengan kemalangan yang menimpa.

Setiap manusia mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menghadapi sebuah musibah. Bagi yang berhati sempit, musibah selalu dipandang secara negatif. Ia akan menganggap dirinya sebagai orang yang paling menderita di dunia. Ia menjadi sangat mudah frustasi dan selalu merasa kekurangan. Pada tingkat yang paling ekstrem, orang yang berhati sempit akan menyalahkan Allah atas apa yang menimpa dirinya.

Baca juga Malam Kebersamaan Tim Perdamaian

Ada juga yang menganggap musibah sebagai peringatan. Orang seperti ini akan senantiasa introspeksi diri ketika dirinya ditimpa musibah. Lewat adanya musibah, ia akan menyadari bahwa Allah tengah menegurnya atas kesalahan-kesalahan yang ia lakukan. Alih-alih menghabiskan energinya untuk menyalahkan Allah, ia justru fokus memperbaiki kesalahan-kesalahannya.

Puncak ketangguhan seseorang adalah ketika ia menganggap musibah itu sebagai ujian keimanan dan ketakwaan. Musibah adalah cara Allah untuk menguji apakah keimanan seorang hamba itu hanya sebatas di mulut saja, atau ia benar-benar memiliki keimanan yang kokoh. Orang yang mau bersabar menghadapi musibah akan ditinggikan derajatnya. Biasanya, orang seperti ini tidak butuh waktu yang lama untuk berdamai dengan keadaan.

Baca juga Keakraban, Kedamaian dan Pesona Bromo

Kisah inspirasi soal kesabaran dalam menghadapi musibah datang dari korban aksi terorisme yang berhasil selamat, namun menderita luka yang begitu hebat. Luka yang disebabkan oleh aksi terorisme itu membekas pada diri korban seumur hidupnya, sehingga menghambat aktivitas sehari-hari. Padahal saat terjadinya peristiwa, korban tengah beraktivitas seperti biasa dan kebetulan lewat di tempat kejadian, lalu terkena efek ledakan bom yang menghancurkan segalanya secara acak. 

Meskipun berat untuk menerima kenyataan, sebagian korban akhirnya memilih untuk bersabar dan menerima musibah bom itu sebagai bagian dari ketetapan Allah. Para korban itu sudah mengalami luka fisik yang cukup parah. Mereka tidak mau memperburuknya dengan memendam kekesalan di dalam hati. Mereka menyadari, bahwa dengan ada atau tidaknya luka yang diderita, hidup harus terus berlanjut. Mengeluh hanya akan semakin memperburuk keadaan.

Ketika para korban ikhlas menerima musibah itu sebagai ketetapan Allah, di situlah letak puncak ketangguhan mereka. Dalam diri korban tersebut, tidak ada lagi prasangka buruk tentang apa yang sudah digariskan Allah. Semua yang terjadi mereka terima dengan hati yang lapang. Allah pasti meninggikan derajat mereka.

Baca juga Sembuhkan Dunia dengan Perdamaian

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *