Home Pilihan Redaksi Penyintas Bom Kampung Melayu: Saya Bangkit Demi Ibu
Pilihan Redaksi - Suara Korban - 26/11/2019

Penyintas Bom Kampung Melayu: Saya Bangkit Demi Ibu

Aliansi Indonesia Damai- Malam itu, 24 Mei 2017, dua gadis remaja tengah berbincang akrab sembari menunggu angkutan umum di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Mereka adalah Jihan Thalib dan Susi Afitriyani, yang baru saja pulang dari kuliah. Mereka mengambil kelas karyawan di Universitas Az-Zahrah karena paginya harus bekerja. Mereka berdua adalah tulang punggung bagi keluarga masing-masing. Siapa sangka malam itu mereka berdua akan menjadi korban ledakan bom? 

Kampung Melayu saat itu sangat ramai dengan kegiatan pawai obor. Banyak polisi yang bertugas di sana. Jihan dan Susi tentu saja tidak memiliki kecurigaan akan terjadi ledakan bom. Tiba-tiba saja suara ledakan kencang terjadi. Kejadiannya begitu cepat. Jihan tiba-tiba terpisah dari Susi. Dia mencoba menyapu pandangan di sekelilingnya, tapi yang ia lihat hanyalah kepulan asap putih. Dengan segenap tenaga, Jihan berusaha lari namun tenaganya tak cukup kuat sehingga dirinya terjatuh.

Baca juga Sarbini Tak Menyerah dari Musibah

Melihat Jihan jatuh, seorang Bapak menolong dan mengantarkan Jihan ke rumahnya yang tak jauh dari Kampung Melayu. Bapak itu tidak langsung membawa Jihan ke Rumah Sakit karena khawatir dimintai keterangan dan tidak bisa menjawab. Sesampainya di rumah, oleh keluarganya Jihan dibawa ke Rumah Sakit Premier Jatinegara. 

Jihan harus menjalani operasi karena terdapat gotri yang bersarang di tubuhnya akibat ledakan bom. Tangannya pun terluka. Total ada 7 jahitan di punggung dan 5 jahitan di tangan. Gendang telinga Jihan pecah akibat kerasnya suara ledakan.  Bukan hanya itu, secara psikis, Jihan juga mengalami trauma.

Baca juga Ketabahan Ramdhani Di Balik Musibah Bom Kuningan

“Dampak trauma itu ada, tapi alhamdulillah tidak terlalu lama. Hingga 4 bulan pasca ledakan, saya masih takut ketika mendengar suara ledakan petasan karena rasanya seperti dikembalikan ke masa itu. Saya juga takut melewati daerah tersebut,” ungkap Jihan saat berbagi kisah dalam kegiatan Dialog Interaktif bersama siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)  yang diselenggarakan oleh AIDA pada Oktober lalu di Kabupaten Indramayu. 

Jihan sangat bersyukur traumanya tidak berlangsung begitu lama. Meskipun masih harus menjalani perawatan selama 1 tahun untuk memulihkan kondisi fisiknya, Jihan mampu menghadapinya dengan kuat. Semangat Jihan untuk sembuh begitu besar. “Ibu saya sedang sakit kanker darah. Saya adalah tulang punggung keluarga. Kalau saya sakit, siapa yang akan merawat Ibu saya. Saya tidak mau menjadi beban untuk Ibu saya. Saya bangkit demi Ibu saya,” tutur Jihan berkaca-kaca.

Jihan Thalib dalam kegiatan Dialog Interaktif “Menjadi Generasi Tangguh” di Indramayu.

Jihan mengaku, masa-masa sulit bisa cepat ia lalui karena berdamai dengan diri sendiri dan menerima keadaan. Dukungan dan motivasi dari keluarga juga sangat membantu Jihan melalui hal tersebut. “Saya mencoba berusaha bersyukur dan ikhlas dengan keadaan. Kita tentu pernah mengalami ketidakpuasan dalam hidup ini. Namun ketika melihat ada banyak orang yang keadaannya lebih terpuruk dari saya, saya merasa tidak seharusnya merasa demikian. Dengan begitu saya merasa lega,” ungkapnya.

Jihan pun tidak menyimpan dendam sama sekali terhadap para pelaku. “Iman seseorang itu naik-turun, sehingga apa yang dilakukan pelaku teroris itu adalah suatu kekhilafan. Jika kita berdamai dengan diri sendiri, maka secara otomatis kita akan memaafkan apapun yang sudah menyakiti kita,” tegas Jihan.

Kini Jihan telah memulai hidup yang baru. Dia bangkit dari keterpurukan dan kembali melanjutkan kuliahnya. Bahkan pertengahan 2019 yang lalu, ia memutuskan untuk menikah. Dia pun aktif terlibat dalam kegiatan Yayasan Penyintas Indonesia (YPI) dan ikut bergabung bersama AIDA untuk mengkampanyekan perdamaian di Indonesia.

Baca juga Sudjarwo Bangkit Kembali Merajut Mimpi

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *