Dukungan Komunitas untuk Kebangkitan Korban
Musibah besar seperti terorisme sangat potensial membuat mental seseorang merosot drastis, terlebih jika harus kehilangan banyak hal akibat peristiwa menyakitkan tersebut. Selain itu juga bisa meletupkan amarah dan dendam kepada pelakunya.
Berdasarkan perjumpaan penulis dengan sebagian korban terorisme di Jakarta dan Bali, pada awalnya mereka mengalami kesedihan yang sangat kuat usai dirinya atau orang terkasihnya terkena ledakan bom. Bagi korban yang mengalami cedera fisik permanen didera perasaan trauma, minder, hingga kehilangan kepercayaan diri.
Sementara dampak bagi korban yang kehilangan orang terkasih tampak lebih kompleks. Misalnya beberapa perempuan harus menjadi orang tua tunggal yang bertanggung jawab mengasuh, mendidik, sekaligus mencari nafkah bagi anak-anaknya.
Baca juga Tiga Mantra Perdamaian
Keterpurukan para korban terorisme tidak berlangsung singkat. Tidak mudah bagi mereka untuk melewati masa-masa sulit dengan kondisi fisik yang tak lagi sempurna maupun tanpa orang terkasihnya. Namun mereka menyadari bahwa jika terus larut dalam keterpurukan maka keberlangsungan hidupnya dan keluarganya akan terancam.
Selangkah demi selangkah mereka mencoba menata kembali hidupnya meski penuh aral. Mereka tidak mau menyerah dengan keadaan. Dengan tekad yang kuat mereka berusaha melalui segala rintangan. Alhasil, mereka pun bisa bangkit dan menata hidupnya lagi.
Baca juga Determinasi Diri Penyintas Bom Kuningan
Kebangkitan mereka, selain didukung motivasi diri yang kuat, ada pula dukungan dari pelbagai pihak. Salah satunya orang-orang yang pernah mengalami nasib serupa. Orang-orang tersebut berupaya memberikan semangat dan motivasi kepada mereka yang tertimpa musibah serupa dengan dirinya.
Dukungan dari orang-orang yang senasib memiliki kekuatan yang luar biasa. Hal ini karena mereka yang sudah bangkit pernah merasakan apa yang sedang dialami rekannya. Mereka tahu persis pahit dan getirnya menjadi korban terorisme. Karena itu bentuk dukungan dan semangat yang diberikan pun penuh dengan empati dan simpati yang tulus.
Baca juga Membangun Budaya Damai dari Rumah
Menurut pengakuan sejumlah korban, dukungan dan solidaritas dari sesama korban ampuh menumbuhkan semangat kebangkitan dirinya. Salah satunya seperti yang dirasakan Christian Salomo, penyintas Bom Kuningan 9 September 2004. Salah satu fase kebangkitannya adalah solidaritas dan motivasi dari rekan-rekannya di Forum Kuningan (wadah penyintas Bom Kuningan) korban bom. Hal serupa juga diakui oleh Agus Kurnia yang merasakan kehangatan dukungan dari Sahabat Thamrin (wadah penyintas Bom Thamrin).
Komunitas menurut Hermawan Kertajaya (2008) adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, di mana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antaranggota karena adanya kesamaan kepentingan atau nilai. Definisi ini paling cocok dalam konteks wadah-wadah yang didirikan oleh para penyintas bom. Salah satu tujuan dari pendirian komunitas-komunitas kecil itu adalah saling menguatkan sesama penyintas. Sejauh ini menurut pengamatan penulis, tujuan tersebut cukup tercapai.
Baca juga Mewarnai yang Muda