Tiga Mantra Perdamaian

Interaksi antarsesama manusia tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya kita menyakiti orang lain, baik dengan ucapan, sikap, maupun tindakan, entah disengaja atau tidak. Jika dibiarkan hal itu akan berdampak pada tumbuhnya kebencian yang akan membuat manusia semakin jauh dari semangat persaudaraan.

Ada tiga mantra sakti yang sudah mulai dilupakan oleh manusia saat ini. Padahal ketiganya cukup ampuh untuk menjalin tali perdamaian antarsesama, yaitu ‘tolong’, ‘terima kasih’, dan ‘maaf’. Sederhana memang. Namun apabila tiga ungkapan ini kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, insya Allah akan menjauhkan kita dari pertikaian.

Baca juga Determinasi Diri Penyintas Bom Kuningan

Ungkapan ‘tolong’ adalah bukti bahwa sebagai manusia, kita tidak bisa melakukan segalanya seorang diri. Atas dasar itu, bantuan orang lain kita perlukan untuk meringankan beban yang kita pikul. Namun terkadang kita lupa menyisipkan kata ‘tolong’, sehingga ada kesan kita memerintah orang lain untuk melakukan pekerjaan kita.

Ungkapan ‘tolong’ akan membuat orang lain membantu kita tanpa ada keterpaksaan. Jika pun tak bisa membantu, ia akan menolak dengan halus. Ungkapan ‘tolong’ adalah bentuk upaya kita menjaga keakraban dengan orang lain.

Kemudian kata ‘terima kasih’. Ungkapan ini adalah bentuk apresiasi kita terhadap orang lain yang telah bersedia membantu. Karena setiap kebaikan memang harus mendapatkan penghargaan. Orang yang mendengar ungkapan itu tentu akan merasa senang karena bantuan yang diberikan mendapatkan apresiasi, meskipun dalam bentuk sederhana.

Baca juga Korban Terorisme: Kisah yang Tak Terdengar (Bagian I)

Dengan membiasakan berterima kasih, orang akan bersedia membantu lagi di kemudian hari. Bisa dibayangkan jika kita enggan mengungkapkan ‘terima kasih’ kepada orang yang telah membantu. Jerih payahnya seolah tak berharga dan kita akan dinilai sebagai pribadi sombong. Walhasil hubungan sosial akan menjadi renggang.

Ungkapan sakti yang terakhir adalah ‘maaf’. Sebagai manusia, pastinya kita tidak luput dari salah maupun dosa yang merugikan orang lain. maka sudah seyogyanya kita meminta maaf. Membiarkan keegoisan menguasai diri hingga enggan untuk meminta maaf hanya akan memperburuk keadaan.

Baca juga Korban Terorisme: Kisah yang Tak Terdengar (Bagian II-Terakhir)

Ungkapan ‘maaf’ mampu mencairkan ketegangan antara pihak yang berselisih. Ungkapan ‘maaf’ tentunya harus disampaikan secara tulus. Tidak hanya sebatas di mulut saja, tetapi dibuktikan dengan menyesali kesalahan yang telah diperbuat dan berjanji tidak akan mengulanginya di kemudian hari. Ketulusan itulah yang mendorong orang mau memaafkan. Ketika kedua belah pihak sudah berekonsiliasi, hubungan yang sempat renggang akan terjalin kembali. Itulah wujud nyata perdamaian.

Ungkapan sederhana dari lisan bisa bermakna luar biasa bagi orang yang mendengarnya. Jadi mari membiasakan diri untuk melestarikan tiga mantra sakti di atas dalam hubungan bermasyarakat. Dengan begitu, kita telah berkontribusi melestarikan perdamaian meski dalam bentuk sangat sederhana.

Baca juga Membangun Budaya Damai dari Rumah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *