Dari Wilayah Konflik ke Ruang Pendidik

Aliansi Indonesia Damai- Paham kekerasan telah menjangkiti pikirannya sejak remaja, tepatnya ketika menimba ilmu di salah satu lembaga pendidikan agama. Ia terkesima dengan sang guru yang pernah ikut bertempur di Afghanistan mengusir tentara Uni Soviet. Doktrin jihad dan amar makruf nahi munkar dari sang guru sangat mengena di pikirannya. Ia lantas bergabung dengan Jamaah Islamiyah (JI) dan terlibat langsung dalam konflik Ambon dan Poso. Namun petualangannya di belantara ekstremisme telah berakhir sepenuhnya.

Iswanto alias Zaim menimba ilmu dari Ali Imron, terpidana seumur hidup kasus Bom Bali 2002, di salah satu lembaga pendidikan di kampung halamannya Lamongan Jawa Timur. Karena dinilai potensial, Is, demikian sapaan akrabnya, sempat dipromosikan untuk melanjutkan sekolah di Pakistan. Harapannya, ia bisa menyeberang ke Afghanistan saat libur sekolah untuk bergabung dengan gerakan jihad.

Baca juga Tiga Pesan Damai Mantan Ekstremis untuk Generasi Muda

Niat tersebut urung terlaksana karena pengurusan visa yang sulit. Frustasi, kecewa, dan marah bercampur aduk dalam pikirannya kala itu. Untuk menyalurkan hasrat jihadnya yang menggebu-gebu, pada tahun 1999, ia dikirim untuk membantu umat Islam yang sedang berkonflik di Poso Sulawesi Tengah.

Is diangkat menjadi komandan instruktur pelatihan militer bagi para kombatan yang berasal dari Malaysia, Thailand, dan Singapura. Namun karena gerak-geriknya di Poso mulai tercium oleh aparat keamanan, bahkan sempat masuk dalam DPO (Daftar Pencarian Orang) kepolisian, Is berpindah ke Ambon, Maluku yang juga sedang dilanda konflik komunal.

Petualangannya di wilayah konflik terhenti, karena oleh gurunya Is diminta kembali ke Lamongan. Sang guru telah menyiapkan jodoh untuknya. Saat hari pernikahan Is mendapatkan kado amunisi peluru sebanyak 1 kotak. Namun karena tidak merasa berhak, ia mengembalikan kado tersebut kepada pemberi hadiah.

Baca juga Ali Fauzi Sembuh dan Menyembuhkan

Setahun setelah menikah, tepatnya pada tahun 2003, polisi melakukan penangkapan terhadap sejumlah orang di kampung halamannya yang diduga kuat terlibat dalam aksi Bom Bali 2002. Karena memang tidak terlibat, Is luput dari operasi tersebut, tetapi rumah kontrakannya sempat digeledah oleh polisi. Sang guru, Ali Imron, lolos dari penangkapan karena terlebih dulu kabur. Namun Ali tertangkap saat bersembunyi di pulau Kalimantan.

Sejak saat itu, Is mulai mengkaji ulang ajaran jihad dari beragam sumber. Is juga sempat menyambangi Ali Imron di penjara dan mendapatkan nasehat untuk meninggalkan kelompok ekstrem. Is terus melakukan refleksi atas keterlibatannya dalam kelompok ekstrem dan mencapai puncak penyesalan saat AIDA memertemukannya dengan para korban terorisme dalam suatu kegiatan Lamongan.

Baca juga Titik-Titik Balik Seorang Ekstremis

Semenjak bergabung dengan tim perdamaian AIDA, Is lebih banyak lagi bertemu dengan korban bom. Tatkala mendengar langsung kisah pilu kehidupan mereka, Is kerap berpikir seandainya dirinya yang berada dalam posisi mereka, apakah akan bisa menerima penderitaan itu. Karenanya kendati tak pernah terlibat dalam aksi-aksi terorisme, Is tak segan meminta maaf kepada setiap korban yang baru ditemuinya.

Aktivitas harian Is kini adalah mengajar di MI Al Khoiriyah Kalimalang Glagah dan Yayasan Pendidikan Al Islam Tenggulun Solokuro. Keduanya berada di Kabupaten Lamongan, meski terpisah jarak sekitar 20-an kilometer. Dulu saat bersekolah, Is menolak mengikuti upacara bendera karena ada sesi hormat bendera Indonesia. Hal itu dianggapnya sebagai kesyirikan. Namun sekarang Is kerap menjadi instruktur upacara. Bahkan ia mengampu mata pelajaran kewarganegaraan yang mengajari siswa-siswi untuk mencintai Indonesia dengan segala komponennya.

Is telah sepenuhnya berpisah dengan ekstremisme dan menjadi guru yang benar-benar ingin bisa digugu dan ditiru oleh murid-muridnya. Secara formal, Is juga telah menyandang status guru tersertifikasi oleh pemerintah RI.

Baca juga Dulu Meracik Bom Kini Meretas Damai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *