06/04/2021

Siri’: Filosofi Perdamaian Bugis-Makassar

Awal bulan ini, Makassar dikejutkan oleh aksi terorisme yang dilakukan sepasang suami-istri. Hal ini semakin mengejutkan karena pelaku perempuan tengah hamil  4 bulan. Jika menelisik lebih dalam, aksi yang dilakukan oleh pelaku yang berdomisili di Makassar sangat bertolak belakang dengan pemahaman masyarakat Bugis-Makassar yang sangat menjunjung nilai hidup Siri’.

Siri’ secara kebahasaan bermakna rasa malu. Ini adalah ekspresi kebudayaan Bugis-Makassar dalam menghormati kehidupan, baik kehidupannya sendiri maupun orang lain. Meski seringkali Siri’ dihubungkan dengan tindak kekerasan, namun sejatinya filosofi Siri’ pada suku Bugis-Makassar tidaklah sesederhana itu.

Baca juga Kritik Diri Bekal Pertobatan Ekstremis

Siri’ merupakan suatu keadaan di mana jiwa dan raga bersatu untuk mencari cara bagaimana menegakkan dan menjaga rasa malu tetap berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Siri’ dianggap sebagai nilai paling mendasar dalam kehidupan masyarakat Bugis-Makassar.

Siri’ dapat diterapkan dalam pelbagai situasi dan kondisi. Tidak terkecuali untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang harmonis sesuai norma yang berlaku di setiap tempat. Individu yang memiliki Siri’ pasti memiliki kesadaran diri untuk berbuat sesuai dengan aturan yang telah dibuat.

Baca juga Fase-Fase Hijrah; Belajar dari Mantan Ekstremis

Tidak heran, seringkali orang tua di Sulawesi Selatan sering berpesan kepada para perantau untuk menjaga Siri’. Artinya jangan sampai membuat malu diri, keluarga, dan lingkungan tempat tinggalnya dengan perilaku yang keluar dari moral sehingga menghilangkan harga dirinya sebagai manusia.

Fakta demikian menjadi cerminan bahwa nilai hidup Siri’ di kalangan orang Bugis-Makassar bertujuan agar melahirkan lingkungan sosial yang damai, karena fokus utama Siri’ dalam bermasyarakat secara tidak langsung adalah terciptanya budaya damai.

Baca juga Isra’ Mi’raj dan Spirit Kedamaian

Peran utama Siri’ dalam kehidupan sosial Bugis-Makassar adalah untuk menjaga seluruh anggota masyarakat sehingga mereka dapat hidup dalam keharmonisan. Siri’ adalah jiwa masyarakat Bugis-Makassar untuk saling memanusiakan.

Jika ada orang Bugis-Makassar melakukan kekerasan atas nama apa pun, maka sudah jelas sejatinya dia telah kehilangan identitasnya sebagai orang Bugis-Makassar. Karena Siri’ menganggap, setiap manusia harus dapat saling menghargai dan menghormati. Seorang individu dengan Siri’ di dalam dirinya tidak mengganggu, melanggar norma, dan bersikap saling menghargai kehidupan semua orang.

Baca juga Mencintai Diri Kunci Kebangkitan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *