15/01/2024

Etika Perdamaian

Beberapa waktu lalu topik “Etika” ramai di media sosial. Sangat bisa dimaklumi karena terkait erat dengan kita sebagai “orang timur” yang menjunjung tinggi etika dan sopan santun.

Kata etika berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik (Bagus Lorens, Kamus Filsafat, 1996).

Baca juga Bela Perdamaian Indonesia

Makna di atas mengisyaratkan bahwa bangsa yang beradab adalah mereka yang memiliki kebiasaan perbuatan yang baik. Mengapa etika menjadi salah satu acuan majunya peradaban? Tanpa etika, masyarakat rentan berkubang dalam peperangan berkepanjangan.

Terlebih kita bagian dari masyarakat global yang secara kodrati ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Perbedaan suka dan bangsa tersebut agar saling mengenal sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13. Pengenalan lintas suku dan bangsa tanpa disertai etika maka mustahil akan membuahkan interaksi yang baik. Interaksi yang tanpa disertai etika hanya akan melahirkan permusuhan, perpecahan bahkan peperangan.

Etika menjaga perdamaian

Setidaknya ada dua etika yang wajib dimiliki seseorang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pertama yaitu menegakkan keadilan sosial. Mengapa? Seseorang wajib mengupayakan perdamaian positif (positive peace) daripada merasa baik-baik saja karena perdamaian negatif (negative peace). Menurut Johan Galtung, peraih Nobel Perdamaian, perdamaian negatif (negative peace) adalah kondisi tidak ada kekerasan yang bisa dilihat langsung seperti perang, tawuran dan lain-lain.

Kekerasan jenis ini memang sederhana dan mudah dipahami, namun melihat kondisi yang ada, banyak masyarakat tetap mengalami penderitaan akibat kekerasan yang tidak tampak akibat ketidakadilan. Maka tugas kita melahirkan perdamaian positif (positive peace) dengan cara mengupayakan terciptanya keadilan sosial, seperti mengurangi kemiskinan, mempermudah akses pendidikan dan kesehatan bagi semua dan lain sebagainya.

Baca juga “Himne” Pejuang Perdamaian

Etika kedua adalah seseorang harus menegakkan nilai-nilai kemanusiaan dalam menjaga perdamaian. Mari kita ingat perkataan Robert B. Baowollo (Menggugat Tanggung Jawab Agama-agama Abrahamik bagi Perdamaian Dunia, 2010), si vis pacem, para humaniorem solitudinem (jika engkau menghendaki perdamaian, siapkanlah suasana damai sejati dengan cara-cara yang lebih manusiawi)”.

Dapat kita simpulkan bahwa mewujudkan perdamaian bukan hanya urusan menghentikan kekerasan, tetapi juga berkaitan kehidupan sosial yang mampu melahirkan rasa tenteram, aman, sejahtera dan saling menghormati.

Baca juga Pertobatan Mantan Ekstremis untuk Indonesia Damai

Jika suatu bangsa dan negara mampu menegakkan 2 etika dasar dalam menjaga perdamain yaitu keadilan sosial dan nilai-nilai kemanusiaan, maka cita-cita baldatun thayyibatun warabbun ghafur akan tercapai. Akan tetapi jika soal etika kita gagal, maka bagaimana mungkin kita akan menjadi insan manusia terbaik, seperti sabda Nabi Muhammad Saw, ”Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.”

Baca juga Belajar Bersyukur dari Kisah Korban Bom

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *