“Membaca” Mengubah Mantan Pelaku ke Jalan Perdamaian
Membaca kembali kitab rujukan karya ulama menyadarkan dan meluruskan pemahaman Bahruddin alias Amir, seorang mantan pelaku terorisme yang telah bertobat kembali ke jalan perdamaian.
Dahulu, selama belasan tahun Amir menerima doktrin kekerasan dari para seniornya di kelompok ekstrem yang diikutinya. Ia kerap disuguhi narasi antipemerintah, membenci nonmuslim, jihad adalah berperang, dan dipertontonkan video-video konflik horizontal di masa lalu. Doktrin-doktrin tersebut sempat membekas di pikirannya bahkan mendorongnya melakukan tindak pidana terorisme hingga dua kali mendekam di balik jeruji besi.
Baca juga Tantangan Kembali ke Jalan Perdamaian
Pria asal Bima, Nusa Tenggara Barat tersebut, kini telah berubah dan meniti di jalan perdamaian. Seperti halnya ketika masuk ke kelompok ekstrem, dia berubah juga lantaran mengikuti para seniornya yang lebih dulu meninggalkan jalan kekerasan. Ia pun mulai mengkritisi bahan bacaan kelompok ekstremis yang mudah mengafirkan orang lain serta menganggap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk kesyirikan.
“Saya juga membaca lagi buku-buku dan kitab-kitab keislaman yang diberikan senior dan memeriksa langsung kevalidannya,” ujarnya dalam kegiatan kampanye perdamaian Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di Kota Bogor, Jawa Barat dua tahun lalu.
Baca juga Ali Fauzi; dari Lingkar Kekerasan ke Lingkar Perdamaian
Dari hasil pembacaannya, Amir mengoreksi pemahaman lamanya. Ia meyakini bahwa pendirian negara berbentuk republik dengan sistem kesatuan seperti di Indonesia bukan merupakan kesyirikan. Sebab, di negara ini umat Islam leluasa mempraktikkan ajaran agamanya dengan penuh kebebasan, tidak ada pelarangan apa pun. Saat masih menjalani masa hukuman di penjara, dia memutuskan untuk berikrar setia kepada NKRI.
Bahkan, dalam sebuah kesempatan yang difasilitasi AIDA, ia dipertemukan dengan korban terorisme. Dalam pertemuan tersebut, ia mengetahui apa yang dialami dan diderita para korban terorisme. Ia pun meminta maaf kepada korban.
“Saya takut kehidupan saya di akhirat, saya ingin urusan ini cukup di dunia saja, saya mohon maaf sedalam-dalamnya,” ucapnya.
Baca juga Sepekan Bersama Eks Napiter