Strategi Jihad Covid-19 (Bag. 2-Terakhir)
Oleh Wiwit Tri Rahayu
Sarjana Hubungan Internasional Universitas Airlangga
Sun Tzu sebagai ahli strategi perang Tiongkok pada masa sebelum Masehi mengatakan, untuk mengalahkan musuh kita perlu menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara yang lebih kuat. Dalam konteks kini, kita harus belajar dari negara-negara yang telah mampu menuntaskan pandemi Covid-19.
Salah satu bentuk jihad yang dilakukan harus oleh pemerintah adalah memberikan informasi yang valid kepada masyarakat. Dalam kondisi seperti ini, informasi berfungsi untuk meningkatkan kepercayaan dan menenangkan psikis masyarakat agar tetap tenang.
Baca juga Strategi Jihad Covid-19 (Bag. 1)
Selain itu, kepercayaan antarelemen menjadi penting dalam mewujudkan jihad yang terintegrasi. Sebab, masyarakat yang tidak percaya kepada pemerintah akan cenderung mengingkari peraturan yang telah dikeluarkan. Poin ini sekaligus menekankan bahwa bukan menjadi porsi jihad masyarakat untuk menciptakan informasi, terlebih jika kesahihannya tidak bisa dipastikan.
Tenaga Medis
Tenaga medis memiliki fungsi yang sama dengan militer di kala perang fisik. Mereka adalah garda terdepan yang juga harus memertaruhkan nyawanya. Dokter, perawat, dan petugas lainnya di rumah sakit berjihad dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki agar perang terselesaikan selekas mungkin dan meminimalkan korban sesedikit mungkin.
Baca juga Momentum Pemenuhan Hak Korban Terorisme
Mereka memertaruhkan keselamatan pribadi untuk membantu menangani Covid-19 secara langsung. Sun Tzu mengatakan bahwa panglima yang berperang tanpa memikirkan keuntungan pribadi dan popularitas adalah aset paling berharga bagi negara. Melihat pengorbanan para tenaga medis saat ini, sudah selayaknya mereka dikategorikan sebagai panglima perang sebagaimana yang disebutkan oleh Sun Tzu.
Baca juga Mengulik Hikmah Puasa (Bag. 1)
Saat yang lain menghindari musuh, mereka justru dituntut untuk berhadapan langsung dengan musuh. Risiko bahaya dari jihad mereka melebihi dua elemen lainnya. Selain melawan ketakutan atas dirinya sendiri, mereka juga harus melawan ketakutan atas kematian.
Masyarakat Umum
Menjadi masyarakat umum yang tidak menyandang kedua gelar di atas bukan berarti bebas dari tanggung jawab berjihad melawan Covid-19. Pun dalam perang, masyarakat umum memiliki peranannya sendiri.
Sebagai garda tengah yang terlindung, sudah seharusnya masyarakat sadar untuk ikut berjihad dengan ketentuan yang sudah digariskan oleh kedua elemen lainnya. Meskipun terkesan sepele, tetap tinggal di rumah ketika tidak ada kepentingan mendesak merupakan bentuk jihad yang paling sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk melawan Covid-19.
Baca juga Mengulik Hikmah Puasa (Bag. 2-terakhir)
Menurut Sun Tzu, sangat penting merencanakan pertempuran yang sesuai dengan standar dan melarang pergi berperang tanpa persiapan. Dalam kondisi pandemi, kalimat ini dapat diartikan bahwa mereka yang masih diharuskan bekerja di luar haruslah memerhatikan standar keamanan sebelum keluar rumah.
Dapat disimpulkan bahwa jihad utama masyarakat umum adalah untuk menjaga diri sendiri agar tidak terlibat dalam perang. Bukan tanpa alasan, hal ini bertujuan untuk mengurangi korban akibat perang. Covid-19 adalah musuh tak kasat mata. Sinergi antarelemen adalah keniscayaan untuk mengalahkannya.
Baca juga Pandemi Covid-19 dan Tafsir Dukhan