Mengulik Hikmah Puasa (Bag. 2-terakhir)
Oleh Fahmi Suhudi
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta
Hikmah puasa yang keenam menurut Ali Al-Jurjawi adalah membentuk perasaan empati dan kepedulian terhadap kaum fakir miskin. Puasa berjam-jam akan menyebabkan orang merasakan lapar dan dahaga.
Diharapkan dari situ akan lahir rasa welas asih dan solidaritas terhadap orang-orang fakir miskin, yang kerap “berpuasa” karena kesulitan memenuhi kebutuhan pangannya. Kita barangkali hanya merasakan kelaparan di bulan Ramadan, sementara mereka rutin merasakannya tiap hari.
Baca juga Mengulik Hikmah Puasa (Bag. 1)
Al-Jurjawi mengutip riwayat yang menyatakan bahwa Nabi Yusuf As enggan mengonsumsi makanan kecuali ketika telah sangat lapar. Hal itu beliau lakukan demi bisa merasakan apa yang dirasakan oleh fakir miskin dan orang-orang yang sangat membutuhkan.
Dalam hemat penulis, puasa juga bisa membuat orang lebih menghargai makanan yang ada di hadapannya. Saat kenyang, kita akan cenderung menyepelekan makanan dan membuangnya begitu saja. Padahal bisa jadi tak jauh dari tempat kita makan, ada orang-orang yang harus membanting tulang dan memeras keringat untuk sekadar bisa mendapatkan sepiring nasi dan lauk pauk.
Baca juga Pandemi Covid-19 dan Tafsir Dukhan
Substansi puasa adalah pembelajaran kepada manusia bahwa makan, minum, dan hubungan seksual merupakan aktivitas primer yang mesti diatur secara tepat agar tidak menerabas dimensi kemanusiaan seseorang. Karena demi pemenuhannya, orang kerap menghalalkan segala cara sehingga tak jarang memicu kemudaratan sosial. Manusia yang dikaruniai akal dan nafsu bisa terjerembab pada kehinaan setara binatang jika tak kuasa mengelola tiga hasrat tersebut.
Baca juga Puasa dan Makna Jihad
Puasa Ramadan juga dilaksanakan secara serentak sebagai wujud realisasi janji Tuhan bahwa manusia cuma dibedakan oleh aspek esoteris yang sukar ditentukan parameternya yaitu ketakwaan kepada Allah Swt (QS. al-Hujurot: 13), bukan oleh yang lain, apalagi sekadar pangkat, jabatan, dan kekayaan.
Penulis merangkum hikmah puasa menjadi tiga poin: efisiensi pemenuhan tiga hajat primer; peningkatan etos hidup; dan tumbuhnya sensitivitas sosial sebagai bentuk pengakuan kesetaraan harkat manusia di hadapan Allah Swt. Semua hikmah yang terkandung dalam puasa menjadi tidak berarti ketika kita sekadar menjalankannya untuk menggugurkan kewajiban syariat.
Baca juga Jurnalisme Damai di Tengah Pandemi