Berdamai dengan Diri demi Kebangkitan
Aliansi Indonesia Damai- Andi Dina Noviana atau Andin, perempuan asal Bone, Sulawesi Selatan, harus merasakan dampak luar biasa dari peristiwa bom di kawasan MH. Thamrin Jakarta Pusat, Januari 2016. Serangan teror di pagi hari yang menghebohkan masyarakat Jakarta tersebut memengaruhi kehidupan Andin.
Serangan berlangsung singkat, namun cedera fisik dan trauma psikis yang dialami Andin akibat peristiwa itu berkepanjangan. Ia berbulan-bulan mengkonsumsi obat dan menyembuhkan problem mentalnya. Pagi menjelang siang, 14 Januari 2016, ia sedang merampungkan pekerjaannya sebagai digital agency sembari menyantap sarapan di salah satu cafe.
Baca juga Penyintas Bom Thamrin Melawan Trauma (Bag. 1)
Belum sejam berada di lokasi tersebut, ia dikejutkan suara ledakan keras yang membuatnya kehilangan kesadaran. “Saya tidak mengerti apakah pingsan atau bagaimana. Saat sadar, saya sudah tertimpa plafon. Dan saat membuka mata, saya merasakan hawa panas dan banyak asap,” ucapnya mengenang.
Spontan Andin berusaha menyelamatkan diri. Ia berjalan ke arah jendela dan melompatinya. Saat berhasil keluar cafe, ia kembali mendengar ledakan kedua di pos polisi. Telinganya langsung mendengung. Tak ada lagi yang dapat didengarnya. Melihat kondisinya yang terluka, seseorang membantu mengantarkannya ke rumah sakit.
Baca juga Penyintas Bom Thamrin Melawan Trauma (Bag. 2-Terakhir)
Usai mendapatkan penanganan medis, termasuk operasi, Andin menolak dirawat inap. Saat kakaknya datang ke rumah sakit, ia bersikeras pulang ke rumah. “Saat sampai di rumah ternyata sudah banyak orang, termasuk Kapolsek di rumah saya. Mereka menyuruh saya untuk dirawat di rumah sakit. Tetapi saya tetap tidak mau. Karena menurut saya, tempat teraman adalah di rumah bersama keluarga,” ucapnya.
Sekira tiga bulan setelah peristiwa, kondisi fisiknya membaik. Namun luka batin tak mudah pulih. Ia merasa marah, kesal, dan sering bertanya, kenapa dirinya harus menjadi korban. Padahal ia keluar rumah hanya untuk bekerja.
Baca juga Kebangkitan dan Ikhtiar Memaafkan
Lambat laun Andin menyadari bahwa memelihara dendam tidak akan mengembalikan apa pun dari dirinya. Ia lantas memohon kepada Allah untuk diberikan ketenangan dan dihilangkan rasa takut dan trauma. “Pada satu malam, saya bangun untuk shalat. Saya minta sama Allah, saya ingin tidur satu hari saja dengan ketenangan. Karena saya selalu merasa ketakutan setiap hari,” katanya.
Andin terus meyakinkan diri bahwa apa yang menimpanya sudah digariskan oleh Allah Swt atas seizin-Nya. “Saya mencoba berdamai dengan diri saya. Karena saya sadar, obat medis bukanlah obat sesungguhnya. Karena obat sesungguhnya adalah diri kita sendiri,” katanya.
Baca juga Asa Perempuan Tangguh Setelah 5 Tahun Bom Thamrin
Kini Andin mengaku telah mengikhlaskan musibah yang menimpanya serta memaafkan dirinya sendiri dan para pelaku teror. “Saya berusaha memaafkan diri saya dengan tidak menyalahkan diri saya lagi. Kemudian memaafkan pelaku yang sudah menghancurkan mimpi-mimpi saya. Meskipun sulit, tapi saya berusaha ikhlas. Karena saya sadar masih banyak hal yang bisa disyukuri,” tuturnya.
Ia bersyukur masih diberi kesempatan hidup sehingga dapat membagikan pengalamannya kepada orang lain. Ia berharap, melalui kisahnya, tak akan ada lagi orang-orang yang mengalami nasib seperti dirinya. [FS]
Baca juga Menyalakan Semangat Kebangkitan