Support System Melewati Derita (Bag. Terakhir)
Aliansi Indonesia Damai- Dari penjelasan sebelumnya bisa disimpulkan, support system menjadi penting dan berharga untuk dimiliki seseorang saat memiliki masalah. Sehingga kita wajib memiliki hubungan dan tingkat percaya pada orang-orang terdekat untuk membantu mengatasi permasalahan yang tengah dihadapi.
Kehadiran orang-orang terdekat bukan hanya untuk membantu menyelesaikan masalah, namun dapat juga membantu kita memiliki ikatan emosional yang lebih dengan orang-orang di sekitar, sehingga meminimalisasi potensi pengalihan masalah yang keliru, semisal menggunakan obat-obatan terlarang, aksi kekerasan, bahkan melakukan tindakan melukai diri sendiri (self harm).
Baca juga Support System Melewati Derita (Bag. 1)
Menurut Cohen dan Hoberman dalam risetnya yang berjudul Positive Events and Social Supports as Buffers of Life Change Stress, menerangkan bahwa support system terbagi dalam empat bentuk sikap dan perilaku. Pertama, appraisal support yaitu dalam bentuk nasehat terkait pemecahan masalah.
Dukungan yang diberikan yaitu membantu kita untuk merefleksikan diri serta mendapatkan feedback penilaian dari orang lain terkait permasalahan yang dihadapi. Kedua, tangible support yaitu bantuan berupa tindakan nyata berupa dukungan material. Misalnya memberikan bantuan uang, barang, dan lainnya.
Baca juga Support System Melewati Derita (Bag. 2)
Selanjutnya riset yang diterbitkan Journal of Applied Social Psychology tersebut mengatakan, self-esteem support menjadi bentuk dukungan ketiga. Biasanya dukungan diberikan dalam bentuk pemupukan rasa percaya diri dan harga diri bagi kita yang tengah terpuruk karena derita yang dialami. Misal dengan memberikan perhatian, semangat, sehingga kita merasa dicintai dan dihargai.
Belonging support menjadi bentuk dukungan sosial yang terakhir. Hal ini bisa ditunjukkan dengan membuat kita memiliki perasaan diterima dari suatu kelompok serta bersama-sama untuk menyelesaikan masalah. Melakukan hal bersama membuat kita merasakan keamanan dan kenyamanan untuk tetap berada di lingkungan terdekat meski tengah menghadapi hal buruk.
Baca juga Fondasi dan Keutamaan Memaafkan (Bag.1)
Apa dampak yang bisa kita rasakan saat berada dalam lingkungan orang-orang yang mampu menjadi support system? Setidaknya akan memengaruhi tiga hal dalam diri seseorang, yaitu afeksi, kognisi, dan psikomotorik. Afeksi pada bagian perasaan, kognisi ialah kemampuan berpikir, dan psikomotorik merupakan tindakan yang akan diambil seseorang dalam menyelesaikan masalah serta bangkit dari deritanya.
Pada hal afeksi, biasanya hal ini akan membantu menurunkan tingkat kecemasan. Kondisi berbeda akan dialami orang yang kurang atau bahkan tidak memiliki dukungan sosial. Mereka cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Hal ini karena adanya dukungan agar orang dapat membagikan permasalahannya pada orang terdekat yang dipercaya dan mengurainya bersama-sama.
Baca juga Kebahagiaan Merayakan Idul Fitri
Tidak hanya berhenti pada kecemasan. Misal karena masalah telah terurai, sehingga bisa jadi pandangan atau persepsi tentang derita yang dialami turun berubah. Yang awalnya merasa menjadi paling terpuruk, bisa menjadi lebih bersyukur karena merasa lebih baik dari yang dialami orang lain. Adanya support system membuat orang yang memiliki masalah dapat bertukar pikiran dengan orang lain yang dapat mengubah pandangan terhadap masalah yang dialami.
Afeksi yang kuat dan kognisi yang lebih baik akan membentuk tindakan (psikomotorik) menjadi lebih tangguh, sehingga kehadiran support system membuat orang bisa bangkit dari penderitaan serta memilih tindakan yang positif. Misal sebelumnya memiliki pemikiran untuk melakukan self-harm, namun dengan dukungan lingkungan terdekat, orang mengurungkan niat buruk tersebut.
Baca juga Mengasihi Diri bukan Mengasihani Diri (Bagian 1)
Pada akhirnya support system memang keniscayaan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Itu dibuktikan dalam kisah Andin dalam bagian awal tulisan ini. Pun kehadiran komunitas penyintas terorisme yang sama-sama memiliki keinginan kuat bangkit dari penderitaan. Juga seperti AIDA yang merangkul korban untuk merajut jalan hijrah bersama para mantan narapidana terorisme yang bertobat.
Kita bisa belajar banyak hal, salah satunya yakni menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, sesuai yang mampu kita berikan kepada orang yang menderita untuk bisa bangkit.