Korban Bom Thamrin: Pesan Damai setelah 4 Tahun Berlalu

Aliansi Indonesia Damai- Hari ini 14 Januari, menjelang jam 11 siang, tepatnya 4 tahun yang lalu, suasana hiruk pikuk ibu kota kala itu seketika berubah menjadi sangat mengerikan dan mencekam. Sebuah sel teroris Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan organisasi teroris global Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) melakukan serangan terhadap warga sipil dan anggota polisi. Para pelaku menggunakan senjata api dan meledakkan diri pada dua titik di kawasan perempatan pusat perbelanjaan Sarinah, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat. 

Ledakan pertama terjadi di salah satu kedai kopi di Gedung Cakrawala, kemudian disusul dengan ledakan kedua yang dilakukan seorang pelaku bom bunuh diri di pos polisi tak jauh dari kedai tersebut. Tak hanya meledakkan bom, para pelaku juga melepaskan tembakan secara membabi buta hingga baku tembak dengan aparat pun tak terhindarkan.

Baca juga Korban Bom Thamrin Mengubah Dendam Menjadi Ikhlas

Aksi melawan kemanusiaan tersebut menyebabkan 4 orang meninggal dan melukai 24 orang lainnya. Korban luka tidak hanya menderita secara fisik, namun juga psikis dan psikososial berkepanjangan. Masih banyak di antara mereka yang mengalami trauma. 

Dwi Siti Romdhoni misalnya, ia tak menyangka bahwa pertemuannya dengan klien kala itu di sebuah kedai kopi kawasan perempatan Sarinah, akan menjadi hari yang mengerikan dalam hidupnya. Karena ledakan itu, ia terpental dan jatuh pingsan. Tak lama kemudian ia pun sadar dan bangkit untuk menyelamatkan diri. Saat berusaha keluar melalui jendela ia terjatuh menimpa seseorang dan sebelum berhasil bangun, ada orang lain juga yang jatuh menimpanya.

Atas  kejadian itu ia mengalami fraktur pada tulang lehernya. Ia juga mengaku merasa takut yang berlebihan apabila bertemu dengan orang  yang memakai ransel dan topi.

Baca juga Penyintas Bom Thamrin Ajak Masyarakat Terima Perbedaan

Hal serupa juga dialami oleh Nurman Permana. Saat itu ia sedang berjalan kaki hendak menyebrang ke arah Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) melewati samping Pos polisi. Saat tepat di dekat pos polisi, sebuah ledakan terdengar dari kedai kopi terdekat. Selang sekian detik, disusul dengan ledakan di pos polisi yang berada di dekatnya. Sontak ledakan  itu membuat telinganya terasa sakit, dan tak lama kemudian ia menyadari ada serpihan bom yang bersarang di lengannya.

Selain luka fisik dan cedera pendengaran, ia juga mengaku trauma untuk melewati kawasan tersebut. Trauma itu ia alami hingga setahun lamanya.

Baca juga Ketangguhan Penyintas Bom Thamrin

Meski demikian mereka memilih untuk bangkit, memaafkan para pelaku, dan ikhlas dengan apa yang telah terjadi. Semua yang telah mereka alami memang bukan hal yang mudah, namun dengan memaafkan, menurut Dwi, justru akan membuat hidupnya menjadi lebih ringan. Begitu pula, dengan ikhlas, menurut Nurman, hidupnya akan lebih bermakna.

Mereka juga selalu berharap agar tidak ada lagi aksi kekerasan seperti yang pernah mereka alami 4 tahun silam. Harapan tersebut, mereka usahakan dengan aksi nyata, yaitu bergabung dengan Tim Perdamaian Aliansi Indonesia Damai (AIDA) dan menyebarkan pesan perdamaian bersama para mantan pelaku terorisme yang telah bertaubat.

Baca juga Tabur Bunga Bom Thamrin, Jangan Lupakan Hak Korban

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *