Pertobatan Mantan Ekstremis: Kembali ke Fitrah (Bagian 5-Terakhir)

Mukhtar merasa sangat berdosa kepada keluarganya, terutama kepada anak, istri dan kedua orang tuanya. Akibat perbuatannya, keluarga Mukhtar tak luput dari perundungan masyarakat secara verbal.

Tak hanya diri Mukhtar yang harus menanggung dampak hukum atas perbuatannya, orang-orang tercintanya juga kecipratan dampak negatif perbuatannya. Karena itu ia ingin memperbaiki segalanya dengan cara bertobat dan membangun masa depan dari awal.

Baca juga Pertobatan Mantan Ekstremis: Berawal Dari Pengajian Eksklusif (Bagian 1)

Mukhtar bebas dari Lapas Cipinang pada tahun 2017. Awalnya ia mengalami kegalauan dan kebingungan yang luar biasa. Ia khawatir masyarakat tidak akan menerimanya kembali. Ia juga merasa tak tahu akan beraktivitas di mana dan bekerja apa untuk menafkahi keluarganya.

Kendati demikian, seiring berjalannya waktu ia mulai beradaptasi dan bersosialisasi kembali dengan warga kampung halamannya. Ternyata ia masih diterima dengan baik, bahkan tak jarang diminta untuk menjadi imam shalat dan mengajar agama.

Baca juga Pertobatan Mantan Ekstremis: Terlibat Pelatihan Militer (Bagian 2)

Berbeda dengan pemikirannya dahulu, kini Mukhtar mantap meninggalkan ajaran dan kelompok ekstremisme. Ia menyadari bahwa paham ekstremisme dan tindakan yang mengarah pada aksi-aksi kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah, malahan akan menimbulkan masalah yang baru.

Apalagi ketika AIDA mempertemukannya dengan sejumlah korban bom. Mukhtar mendengarkan secara langsung cerita-cerita dari korban tentang penderitaan hidup yang dialami korban akibat terkena ledakan bom yang dilakukan kelompok ekstremis. Mukhtar merasa menyesal dan makin mantap meninggalkan kelompok lamanya.

Baca juga Pertobatan Mantan Ekstremis: Makin Menjadi di Balik Jeruji (Bagian 3)

Saat ini Mukhtar mengabdikan diri sebagai guru agama di sebuah yayasan di Jakarta. Ia juga mengajar privat tahfidz al-Quran setiap akhir pekan, kadang-kadang juga diminta oleh instansi pemerintah untuk berbagi kisah hidupnya dalam beberapa kegiatan. Untuk menyalurkan minat bacanya, Mukhtar juga bergabung dengan komunitas Rumah Daulat Buku.

Selain itu, Mukhtar bergabung bersama AIDA untuk mengampanyekan perdamaian bagi kalangan muda dan masyarakat luas. Ia mengaku melakukan itu semua sebagai bentuk pertobatan. “Ini merupakan salah satu upaya saya untuk menembus kesalahan di masa lalu,” ungkapnya. Mukhtar tak lagi memahami jihad sebagai ajaran untuk berperang atau melakukan aksi kekerasan secara serampangan. Di hadapan ratusan mahasiswa di Universitas Brawijaya Malang beberapa waktu lalu, dengan lantang ia mengatakan, “Jihad itu tidak hanya perang, tetapi mencari ridha Allah dengan mencari ilmu, mengajak orang menerima Islam dengan cara damai, bukan kekerasan.”

Baca juga Pertobatan Mantan Ekstremis: Muncul Pikiran Kritis (Bagian 4)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *