01/06/2020

Penderitaan Ganda Korban Terorisme

Aliansi Indonesia Damai– Rangkaian serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya tahun 2018 silam nyaris mustahil dilupakan oleh para korban. Beruntung di tengah ujian itu, masih banyak pihak yang dengan ikhlas mendampingi korban menjalani masa-masa sulit. Dukungan moril  sangat membantu pemulihan korban, setidaknya hal itu yang dialami Wenny Angelina.

Saat itu Wenny bersama dua putra dan seorang keponakannya hendak beribadah dan diantar oleh keluarganya ke gereja. Sesampainya di lokasi, seseorang mengendarai sepeda motor dengan kencang menerobos masuk ke halaman gereja. Selang beberapa detik, ledakan pun terjadi. Wenny tidak bisa mendengar apa-apa dan terjatuh tak berdaya.

Baca juga Korban Bom Kuningan Merasa Beruntung Saat Buntung

Wenny harus menerima kenyataan pahit lantaran dia ternyata mengalami luka fisik yang cukup serius. Penderitaannya menjadi dua kali lebih berat karena kedua puteranya meninggal dunia. Sebelum Wenny tahu bahwa kedua putranya telah menghadap Tuhan, ia harus dibohongi oleh keluarga dan petugas medis.

Hal tersebut dilakukan lantaran Wenny masih dalam tahap pengobatan luka yang cukup parah. Wenny butuh istirahat yang cukup untuk proses penyembuhan, termasuk ketenangan pikiran. Dalam pilu ia ingin sekali melihat kondisi anak-anaknya sebelum harus menjalani operasi di perut dan torax.

Baca juga Memahami Rencana Tuhan

Setelah mengetahui bahwa kedua putranya telah tiada, Wenny mengaku sangat marah terhadap pelakunya. “Saya jengkel dengan pelaku. Kok enak banget si pelaku mengambil orang yang tidak bersalah,” tutur Wenny mengenang ucapannya kepada salah seorang Romo di gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya.

Trauma juga masih menderanya ketika menjumpai sepeda motor yang melintas kencang di jalan. Namun ia mengaku sudah tidak trauma untuk datang ke gereja yang sama.

Baca juga Meluaskan Jiwa Merangkul Luka

Setelah beberapa bulan berlalu, Wenny merasa tidak boleh memiliki dendam, karena sesungguhnya pelaku tidak tahu apa yang mereka perbuat. Ia pun percaya bahwa pelaku akan mendapatkan hukuman tersendiri.  Wenny bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup, tidak ada gunanya memupuk dendam.

Ia mengatakan, ikhlas atas kehilangan adalah pembelajaran untuk memupuk perdamaian ke depan. Karena kehilangan adalah hal terberat untuk dihadapi, apalagi kehilangan kedua buah hatinya, maka Wenny berharap apa yang terjadi bisa membuat sesama manusia tidak memiliki rasa dendam dan saling memaafkan. Bagi Wenny, Tuhan selalu mengajarkan untuk memaafkan kesalahan orang lain.

Baca juga Refleksi 2 Tahun ‘Peristiwa Iman’ 13 Mei 2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *