09/10/2020

Jalan Panjang Kebangkitan Korban Bom Bali 2002: Upaya Kebangkitan (Bagian II-Terakhir)

Usai menjalani perawatan di Australia, I Gede Budiarta kembali ke Bali. Luka fisiknya belum sembuh betul. Ia harus tetap melakoni rawat jalan untuk proses pemulihan secara intensif. Pada masa pemulihan itulah salah satu produser stasiun televisi swasta mendatanginya, bermaksud mengambil data diri Gede untuk pembuatan film dokumenter. Karena kondisinya yang masih cukup parah, Gede menolak permintaan tersebut, namun sang produser bersikeras sehingga tidak ada titik temu.

“Saya jengkel karena merasa dipermainkan. Saya ini korban kok malah dimanfaatkan untuk dijadikan cerita film. Itu kan masih ada beban. Saya masih luka dan harus berobat. Saya berterima kasih mau dibantu, tapi bukan begitu caranya,” ungkap Gede mengenang kemarahannya.

Baca juga Jalan Panjang Kebangkitan Korban Bom Bali 2002: Penyembuhan Luka (Bagian I)

Sejak saat itu Gede memutuskan untuk menghilang dari jangkauan media massa, termasuk putus kontak dengan rekan-rekannya sesama korban. Ia memilih menghadapi lukanya sendiri. Karena trauma dengan media massa, ia bahkan tak pernah hadir di setiap acara peringatan peristiwa Bom Bali.

Setelah 19 tahun menghilang, Gede baru kembali aktif bergabung dengan komunitas korban Bom Bali, Isana Dewata, pada tahun 2020.  “Puji Tuhan ini adalah pertama kalinya saya bercerita seperti ini setelah lama menghilang,” ucapnya dalam kegiatan virtual AIDA belum lama ini.

Baca juga Kekerasan Tidak Menyelesaikan Masalah

Karena pilihannya untuk putus kontak dengan rekannya sesama korban, Gede mencoba bangkit dengan dukungan keluarganya. 2 tahun setelah proses pemulihan, Gede mencoba untuk kembali bekerja. Ia mencoba berwirausaha hingga kini menjadi petugas keamanan di salah satu perusahaan di Denpasar.

Gede mengaku selama ini tak pernah mendapat bantuan apa pun dari pemerintah. Ia justru mendapat cibiran dari beberapa orang di lingkungan dekatnya. “Banyak orang bertanya, atau tetangga di kampung bertanya, kalau korban bom kan dapat santunan, dapat uang banyak, dan lain-lain. Padahal saya nggak dapat apa-apa. Gimana, saya nggak tahu jalur. Saya nggak tahu siapa-siapa. Siapa yang harus saya hubungi?” ucapnya.

Kini Gede berusaha menatap ke depan. Ia terus berusaha bangkit dan mengikhlaskan musibah yang menimpanya. “Miris sebenarnya kalau banyak cerita. Kalau bicara jelek itu kan nggak etis, dan nggak ada untungnya. Semua akan kembali kepada Tuhan,” tutur Gede.

Baca juga Karena Dendam Tak Boleh Diwariskan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *