05/06/2021

Tudang Sipulung:
Musyawarah Masyarakat Bugis

Salah satu cara menghindari konflik yang berujung pada tindak kekerasan adalah musyawarah. Ketidaksetujuan atau bahkan perselisihan paham adalah hal lumrah yang manusiawi. Namun hal tersebut harus dikelola dengan baik.

Manajemen konflik yang bermartabat dan penuh damai harus dikedepankan ketika terjadi masalah dalam kelompok masyarakat. Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia menyebutkan bahwa musyawarah adalah salah satu pilar dalam kehidupan berbangsa bernegara.

Baca juga Falsafah Bugis untuk Perdamaian Bangsa

Jauh sebelum termaktub dalam Pancasila , tradisi musyawarah sudah dipraktekkan dalam berbagai kehidupan masyarakat Nusantara. Salah satu contohnya adalah tradisi Tudang Sipulung dalam suku Bugis di Sulawesi Selatan. Tudang berarti duduk sedang sipulung artinya berkumpul. Tradisi ini dilakukan untuk bertukar pikiran dan berunding dalam rangka menemukan solusi suatu permasalahan.

Proses musyawarah untuk mencapai mufakat berlangsung secara demokratis di mana pemimpin Tudang Sipulung wajib meminta pendapat kepada seluruh peserta. Peserta yang dimintai pendapat berkewajiban mengemukakan pendapatnya walaupun mungkin sama dengan peserta lain atau telah dikemukakan terlebih dahulu oleh peserta sebelumnya. Apabila seorang peserta tidak setuju atas suatu hal, maka ia harus mengungkapkan secara langsung apa yang menjadi alasannya.

Baca juga ‘Kepungan’ Menjaga Harmoni

Kesepakatan yang tercapai dari Tudang Sipulung tidak dapat diganggu gugat dan bersifat mengikat. Siapa pun yang melanggar dikenakan sanksi makcerak, yaitu memotong hewan piaraan seperti ayam, kambing, sapi atau kerbau. Itulah kenapa Tudang Sipulung sejatinya adalah proses komunikasi yang merangkul.

Secara tidak langsung kegiatan Tudang Sipulung menjadi alat memersatukan masyarakat dalam perbedaan pendapat. Proses itu menjalin komunikasi dua arah dan terbuka terhadap pendapat yang beragam hingga mencapai titik kesepakatan mufakat untuk semua orang. Komunikasi merangkul ini menciptakan kebiasaan hidup saling berdampingan dalam perbedaan pendapat, tanpa adanya pertikaian-pertikaian fisik sebagai ekses negatifnya.

Baca juga Massiara’: Tradisi Bugis Menjaga Damai

Kita harus percaya bahwa ketidakadilan hanya akan dikalahkan dengan memberikan keadilan. Sebab jika ketidakadilan dibalas dengan ketidakadilan kita hanya memperlebar lingkaran setan.

Salah satu metode memberikan rasa adil dan keadilan adalah melalui Tudang Sipulung ataupun praktek musyawarah lainnya. Musyawarah senantiasa memberikan rasa saling menghargai dan rasa diperlakukan dengan adil dalam komunitas sosial.

Baca juga Berdamai dengan Ketidaksukaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *