Metanarasi Agama: Kegagalan Kelompok Ekstrem (Bag.2)
Oleh: Fikri
Master Ilmu Politik Universitas Indonesia
Dasar gerakan kelompok ekstrem yang mengusung gagasan Daulah Islam bersifat ideologis, sehingga perlawanan mereka bukan sekadar mengangkat senjata. Lebih dari itu, mereka melakukan perlawanan secara total yang didukung oleh narasi-narasi yang menjustifikasi strategi, taktik, propaganda pemikiran, dan rekrutmen anggota baru.
Narasi pendukung atau unsur-unsur dalam metanarasi Daulah Islam di antaranya sebagai berikut; Pertama, dalam pemahaman mereka, jihad hanya memiliki satu makna yaitu perang. Jihad adalah tindakan wajib bagi setiap orang Islam alias fardhu a’in, sehingga tidak memerlukan izin orang tua atau kerabat lainnya. Jihad bersenjata adalah bentuk tertinggi dan harus dilakukan terhadap semua musuh-musuh Islam, termasuk orang-orang kafir, musyrik, serta orang-orang yang mendukung mereka;
Baca juga Metanarasi Agama: Kegagalan Kelompok Ekstrem (Bagian 1)
Kedua, bai’at, yaitu janji ketaatan yang diberikan kepada amir atau pemimpin kelompok. Setelah baiat dilakukan maka tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar bai’at maka akan berdosa; Ketiga, ummat, yaitu komunitas kolektif muslim. Siapa pun yang mengikuti mereka adalah anggota umat yang terpilih. Jika umat tersebut tinggal di negara-negara kafir maka tidak wajib mengikuti hukum yang berlaku di negara tersebut;
Keempat, takfir, yaitu memvonis orang lain sebagai kafir. Hal ini merupakan keputusan yang sangat serius yang dipakai dalam upaya mendiskreditkan atau meremehkan muslim lainnya yang menentang mereka. Dengan demikian sesama muslim menjadi musuh; Kelima, syahid, yaitu mati dalam peperangan di jalan Allah, termasuk tindakan bom bunuh diri. Mereka percaya akan dikaruniai surga dan bidadari atas tindakan tersebut;
Baca juga Refleksi Akhir Tahun Korban, Pelaku Terorisme, dan Nurani Kita
Keenam, Al Wala’ wal Bara’, yang arti sederhananya berlepas diri dan berloyalitas. Konsep ini digunakan untuk mengategorikan teman dan musuh (kafir, musyrik dan thagut); Ketujuh, hijrah, yang berarti meninggalkan rumah, pekerjaan, dan keluarga dari negara kafir atau thagut menuju darul Islam. Seseorang tidak perlu izin keluarga dalam hal ini.
Semua narasi tersebut bukan hanya sebatas simbolis, namun secara strategis digunakan sebagai “senjata” sehingga menguatkan persepsi di kalangan pengikutnya. Salah satu persepsi yang muncul di antaranya, bahwa Barat dan negara-negara pendukungnya memerangi Islam. Ditambah dengan kebijakan-kebijakan negara-negara Barat yang menginvasi Irak dan Afghanistan. Secara otomatis perjuangan yang mereka lakukan adalah membela Islam dan ummat di dalamnya.
Baca juga Distorsi Kaidah Ulil Amri: Upaya Memahami dan Menyikapi Kepemimpinan secara Utuh
Sebagai implikasi dari persepsi tersebut, maka tindakan penyerangan kepada warga sipil Barat dan aparat-aparat di negara pendukung barat menjadi sah untuk dilakukan. Setiap muslim lantas wajib untuk mendukung gerakan kelompok tersebut.
Namun pada akhirnya atau sementara ini (karena ekstremisme masih eksis), gerakan tersebut mengalami kegagalan. Penulis akan mendedahkan faktor-faktor kegagalan tersebut di bagian berikutnya. (bersambung)
Baca juga Pemerintahan Ideal Menurut Islam