Nyoman Rencini, Mewujudkan Mimpi Mendiang Suami
Aliansi Indonesia Damai- Sesaat ia terdiam, terlihat air mata membasahi kedua pipinya. Setelah menghela nafas dalam-dalam, dia kembali mengumpulkan fokus untuk tetap tenang, meskipun kenangan pahit yang ia ceritakan mengoyak pedih seluruh perasaannya. “Ipar saya datang membawa kabar bahwa suami saya tidak akan balik,” ungkapnya dengan suara tersekat menahan tangis.
Menceritakan lagi kisah pilu bukanlah hal mudah meskipun belasan tahun peristiwa itu telah berlalu. Namun hal itu tidak menyurutkannya untuk berbagi kisah hidup. Bukan untuk apa-apa, ia bercerita sembari memupuk harapan supaya tak ada lagi orang yang mengalami musibah sepertinya. Hal itu sebagai komitmennya menyuarakan perdamaian bagi masyarakat Indonesia.
Baca juga Titik Terang Dalam Kegelapan
Perempuan tangguh itu bernama Nyoman Rencini. 12 Oktober 2002 silam, ia harus menerima kenyataan pahit kehilangan suaminya dalam peristiwa yang sama sekali tak disangka. Ayah dari ketiga anaknya menjadi korban dari ledakan bom high explosive di kawasan Legian, Kuta, Bali.
Dalam salah satu kegiatan bersama AIDA, Rencini menuturkan bahwa peristiwa itu menjadi tragedi yang merusak perdamaian Pulau Dewata. Sebelumnya, selama Rencini hidup di tanah Dewata, ia belum pernah menghadapi tragedi setragis itu.
Pada saat kejadian, ia belum mengetahui bahwa sang suami menjadi salah satu korban. Namun setelah beberapa hari, ia justru mendapat kabar dari saudara iparnya bahwa suaminya menghilang dan dicurigai menjadi salah satu korban. Rencini pun mulai khawatir dan berupaya mencari keberadaan suami.
Baca juga Tarikan Ajaib Bocah Kecil
Dahsyatnya ledakan itu membuat jasad sang suami tak bisa dikenali lagi, sehingga untuk mengidentifikasinya harus melalui tes DNA. “Saya tidak sanggup melihat jasad itu, suami saya di kota untuk bekerja mencari nafkah, tapi harus menemui ajal dengan cara mengenaskan seperti itu,” ungkapnya pilu.
Ia mengaku sempat sangat terpuruk hingga tidak ingat dengan ketiga anaknya yang masih membutuhkan kasih sayang. Namun melihat kembali ketiga gadisnya yang masih kecil, ia pun kembali sadar. Ia bertekad pada dirinya sendiri untuk segera bangkit dan tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan.
Baca juga Pantang Menyerah Membesarkan Anak
Sang suami memang tidak mungkin bisa kembali lagi, namun ia dan anak-anaknya harus terus melangkah untuk hidup. Ia bertekad mewujudkan apa yang pernah dicita-citakan bersama sang suami, yaitu memberikan pendidikan yang baik bagi ketiga buah hatinya.
Meski tak mudah menjadi orang tua tunggal, namun mimpinya bersama mendiang suami membuat Rencini tak pernah lelah untuk terus memberikan yang terbaik bagi ketiga buah hatinya. Dengan perjuangan gigih tak pantang putus asa, Rencini pun berhasil mengantarkan buah hatinya sampai melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Tidak hanya menjadi pendidik, Rencini pun telah memaafkan pelakunya. Meskipun ledakan bom itu memberikan penderitaan panjang bagi Rencini dan keluarga, ia mengaku tidak ada dendam. Bahkan ketika Rencini bertemu langsung dengan mantan pelaku terorisme yang telah bertaubat, ia pun memaafkannya.
Baca juga Berdamai Dengan Diri Sendiri