06/08/2020

Pemaafan dalam Keimanan

Aliansi Indonesia Damai- “Kasihilah sesama manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.” Pernyataan ini disampaikan oleh Albert Christiono Simatupang, penyintas Bom Kuningan 2004, dalam salah satu kegiatan kampanye perdamaian bersama AIDA beberapa waktu lampau. Akibat pengeboman di depan kantor Kedubes Australia di kawasan Kuningan Jakarta Selatan, 16 tahun silam, Albert mengalami luka parah hingga memicu trauma fisik berkepanjangan. Bahkan pada tahun 2016, ia harus kembali menjalani operasi di bagian kepala.

Abe, demikian Albert biasa disapa, memang pernah marah kepada pelaku pengeboman. Namun itu perasaan sejenak. Ia lantas enggan memikirkan siapa pelakunya, bahkan memilih ikhlas menerima kejadian tersebut dan memberikan maaf sebesar-besarnya kepada pelaku. Baginya, setiap manusia yang beriman harus memiliki rasa kasih kepada sesama untuk menjadi pribadi yang lebih baik. “Jika kita mampu mengasihi orang lain dan bisa memaafkan, maka kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik,” ujarnya.

Baca juga Determinasi Diri Penyintas Bom Kuningan

Pagi menjelang siang pada 9 September 2004, Abe sedang menumpang bus Kopaja untuk keperluan membantu bisnis orang tuanya. Ketika bus melintas di depan gedung Plaza 89 Jalan HR Rasuna Said Kuningan, terdengar ledakan yang sangat kencang. Sekelebat suasana berubah kacau. Orang-orang berlarian, diiringi suara jeritan minta tolong.

“Saya sendiri merasakan sakit di kepala. Saya pegang ada darah yang bercucuran. Saya lihat baju saya sudah bercucuran darah, akhirnya saya menyelamatkan diri,” ucap Abe mengenang.

Baca juga Setiap Ujian Pasti Ada Jalan Keluar

Dari hasil pemeriksaan medis, dokter menemukan sebuah logam berupa gotri menancap di tempurung kepalanya. Bentuknya pipih dengan panjang sekitar 5 sentimeter. Logam tersebut harus diambil karena akan sangat berbahaya jika dibiarkan berlama-lama di dalam kepala Abe.

Saat akan menjalani operasi, Abe mengingat petuah-petuah pendeta dalam ibadah malam sebelum kejadian yang ia ikuti. Saat itu pendeta membahas tentang iman, pengharapan, dan kasih sayang. Walhasil ia menjalani operasi dengan mengusung keyakinan bahwa Tuhan akan melancarkan urusannya. Harapannya terwujud. “Operasi sukses. Bekasnya sekarang terasa agak benjol,” ujarnya.

Baca juga Ujian yang Kita Hadapi Tak Melebihi Kekuatan Kita

Bagi Abe, menjadi korban bom adalah ujian Tuhan. Selalu ada jalan keluar darinya asal dijalani dengan hati yang ikhlas. “Saya ikhlas menerima kejadian tersebut, karena itulah menjadi modal saya untuk maju kembali meraih masa depan,” ucapnya.

Selain terapi pemulihan fisik, Abe juga sempat mengikuti konseling psikis. Pasalnya, banyak orang di sekitarnya melihat Abe berubah menjadi sosok pemarah. Semua proses pengobatan itu dijalankan dengan serius. Ia berhasil pulih, melanjutkan kuliah, meraih gelar akuntan, dan bekerja di kantor akuntan publik.

Baca juga Ilham Perdamaian

Pada akhir 2016, Abe jatuh sakit. Oleh dokter, ia diharuskan kembali menjalani operasi di bagian kepala lantaran ada gumpalan cairan. Dengan keimanan kepada kasih Tuhan, ia kini telah pulih dan aktif mengampanyekan perdamaian bersama mantan pelaku dalam tim perdamaian AIDA.

Salah satu pesan Albert yang sering diulangnya dalam beberapa kegiatan bersama AIDA, “Tidak membalas kekerasan dengan kekerasan, sebab kekerasan tak pernah menyelesaikan masalah. Kekerasan dibalas dengan pemaafan dan mengasihi.”

Baca juga Korban Bom Kuningan Berdamai dengan Kenyataan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *