Home Pilihan Redaksi ”Saya Bersyukur Merasa Hidup Kembali”
Pilihan Redaksi - Suara Korban - 28/11/2019

”Saya Bersyukur Merasa Hidup Kembali”

Aliansi Indonesia Damai – Peristiwa ledakan bom yang merusak kedamaian di Pulau Dewata Bali masih cukup membekas dalam ingatan Ni Made Kembang Arsini. Ia merupakan salah satu korban yang terdampak langsung. Di hadapan para tokoh agama dan alim ulama, perempuan yang kerap disapa Kembang ini menceritakan kembali kisah pilu yang dialaminya tatkala terkena ledakan bom.

Kembang adalah seorang ibu rumah tangga. Untuk membantu perekonomian keluarga, ia bekerja sebagai pramusaji di salah satu warung makan seafood yang berlokasi di pantai Jimbaran, Bali. Pada malam kejadian, Kembang tengah melayani tamu yang berkunjung. Ia mengaku tidak pernah merasakan firasat apapun bahwa malam itu akan menjadi sangat mencekam.

Saat tengah menyajikan makanan untuk para tamu, Kembang mendengar suara ledakan. Awalnya ia mengira suara itu berasal dari tembakan pistol. Apalagi setelah merasa tangan kanannya sakit dan mengeluarkan darah. Baru setelah orang-orang di sekitar berteriak “bom, bom, bom”, ia mulai menyadari bahwa suara ledakan itu berasal dari bom.

Baca juga Mendengar Pertaubatan Mantan Pelaku Terorisme, Tokoh Agama Tersentuh

Di tengah kepanikan yang melanda, Kembang melempar semua peralatan pramusaji yang dipegangnya. Dengan kondisi tangan yang terluka dan membengkak, ia berteriak meminta tolong. Kembang makin panik karena telinganya  mendengung. Beruntungnya, ada orang yang menyelamatkan dan melarikannya ke rumah sakit.

Kembang harus menjalani operasi untuk mengangkat serpihan-serpihan bom yang menancap di tangan kanannya. Ia dirawat di rumah sakit selama lima hari. Meskipun sudah belasan tahun berlalu, namun dampak dari bom tersebut masih terasa. Kembang terkadang masih merasakan sakit dan rasa kesemutan di tangan kanannya itu. Ia juga tidak sanggup jika harus mengangkat barang-barang berat.

Peristiwa nahas itu juga membuat Kembang terpuruk secara psikologis. Ia benar-benar tidak menyangka peristiwa bom itu terjadi di Bali, tempat yang selama ini terkenal ramah bagi wisatawan domestik maupun asing.

Baca juga Ikhtiar Tokoh Agama Wujudkan Perdamaian Indonesia

Namun di balik itu semua, Kembang mengaku telah mengikhlaskan apa yang terjadi. Dukungan dari orang-orang terdekatnya membuatnya mampu bangkit dari keterpurukan. Terlebih setelah Kembang juga mendapatkan dukungan dari Yayasan Penyintas Indonesia (YPI), sebuah wadah perkumpulan para korban aksi terorisme. ”Saya berterima kasih sudah ada yang memperhatikan. Hari ini saya bersyukur sudah merasa hidup kembali,” ungkapnya.

Kembang memiliki harapan yang besar bagi terwujudnya perdamaian di tanah air. Sebagai korban yang terkena dampak langsung dari aksi terorisme, ia benar-benar merasakan betapa aksi terorisme menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan berharap tidak ada lagi orang-orang yang menjadi korban aksi terorisme. “Biar saya saja yang merasakan sakit ini,” tuturnya.

Sesi kisah Kembang merupakan bagian dari Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Tokoh Agama yang diselenggarakan pada 30-31 Oktober 2019 di Surakarta, Jawa Tengah. Pelatihan ini diharapkan menumbukan kesadaran bersama di antara tokoh agama akan bahaya dan dampak aksi terorisme, serta membumikannya pada komunitas masing-masing.

Baca juga Kunci Perdamaian Adalah Persaudaraan

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *