Penyintas Bom Mengejar Sarjana (bag. 1)

Aliansi Indonesia Damai- Peristiwa teror bom di pelbagai tempat di Indonesia  nyaris memupuskan banyak impian penyintasnya. Sebagian dari mereka terpaksa mengubur cita-citanya karena keterbatasan fisik dan ekonomi, namun tak sedikit yang menolak takluk. Salah satu impian penyintas adalah menempuh pendidikan setinggi mungkin, setidaknya jenjang sarjana.

Redaksi merangkum segelintir kisah penyintas dari beberapa peristiwa teror bom yang tetap meneruskan kuliahnya, meski kondisi fisiknya tak lagi prima. Ada pula penyintas yang malah mendaftar kuliah meski mengalami disabilitas dan usia yang tak lagi muda.

Pipit dan Jihan 

Susi Afitriyani (akrab disapa Pipit) dan Jihan Thalib, dua mahasiswi perguruan tinggi swasta di Jakarta telah lama memupuk keinginannya meraih gelar sarjana. Namun musibah malam itu sempat membuat keduanya patah arang. 24 Mei 2017, seusai kuliah, keduanya berbincang santai sembari menunggu angkutan umum di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Baca juga Penyintas Bom Bali: Lawan Kekerasan dengan Menebar Kebaikan

Jihan dan Pipit mengambil kelas karyawan lantaran pagi-sore harus bekerja. Pasalnya mereka adalah tulang punggung bagi keluarga masing-masing. “Saat kami berada di dekat toilet terminal, tiba-tiba ada ledakan dahsyat,” ujar Pipit dalam sebuah kegiatan AIDA beberapa waktu lalu.

Akibat ledakan bom tersebut, keduanya terluka dan harus menjalani perawatan cukup lama. Pipit mengalami patah tulang pangkal lengan kanan, sementara Jihan mengalami luka bakar di bagian punggung, tangan kanan, dan gendang telinganya pecah. Musibah itu mengharuskan keduanya beristirahat berbulan-bulan untuk penyembuhan sekaligus pemulihan. Secara otomatis mereka tak bisa mengikuti perkuliahan hingga satu semester.

Baca juga Penyintas Bom Kampung Melayu: Terkena Ledakan Kala Menolong Korban (Bag. 1)

Kendati sempat dihinggapi kekhawatiran pendidikannya bakal terbengkalai, keduanya berupaya menyalakan kembali semangat untuk menggapai mimpinya. Dukungan keluarga dan rekan-rekan kuliahnya menguatkan tekad. “Kamu boleh cacat fisik, asal jangan cacat ilmu,” begitu nasehat salah seorang kakak kelas Pipit kepadanya.

Pipit meyakini, apabila dirinya berpendidikan tinggi maka kelak bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dan membantu kehidupan keluarganya. “Saya bertekad untuk meraih mimpi yang hampir karam,” ujarnya.

Baca juga Penyintas Bom Kampung Melayu: Berprasangka Baik Atas Takdir (Bag. 2-Terakhir)

Kini Pipit dan Jihan tengah menyusun tugas akhir perkuliahannya sebagai syarat meraih gelar sarjana. Dalam beberapa kegiatan kampanye perdamaian AIDA yang diikuti oleh para pelajar SMA, Pipit berpesan agar mereka bersemangat menuntut ilmu, meski dengan keterbatasan apa pun.

Desmonda Paramartha

Desmonda adalah salah satu korban bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela (GSMTB) Surabaya. 13 Mei 2018 pagi, dua orang berboncengan sepeda motor menerobos pelataran gereja. Desmonda melihatnya dengan jelas karena sedang menggalang dana untuk kegiatan jambore Orang Muda Katolik (OMK) di area parkiran gereja. Tak lama berselang ledakan terjadi.

Desmonda tersungkur. Tubuhnya telah berlumuran darah saat ia belum menyadari betul apa penyebabnya. Dari hasil pemeriksaan dokter, ada banyak luka robek di tiga bagian tubuhnya:  leher, betis, dan paha. Rambutnya pun terbakar. Ia harus menjalani perawatan di rumah sakit selama lima hari dan menjalani check up rutin selama tiga bulan berikutnya.

Baca juga Kesetiaan Istri Korban Bom

Desmonda tidak pernah mengeluh atau menyimpan trauma mendalam. Semangatnya untuk segera sembuh terus berkobar. Usai rawat inap di rumah sakit, Desmonda langsung belajar untuk persiapan mengikuti ujian akhir semester (UAS) di kampusnya. Maklum kala itu ia tercatat sebagai mahasiswi semester IV salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Pahlawan.

Desmonda mengaku tak ingin menyimpan duka dan luka terlalu lama. Ia memilih memaafkan dan melanjutkan hidup. Sebagaimana Pipit dan Jihad, Desmonda kini sedang menyusun naskah skripsi dan bersiap merengkuh gelar sarjana. (bersambung)

Baca juga Korban Bom Kuningan: Pulih berkat Keluarga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *