Membudayakan Perdamaian

Perdamaian laksana pelita yang menerangi kegelapan. Ia bisa menjauhkan umat manusia dari beragam kesedihan dan dapat mengantarkan seseorang pada kebahagiaan. Oleh karenanya penting menjadikan perdamaian sebagai budaya.

Kehidupan yang dinamis menjadi tantangan tersendiri bagi umat manusia. Peristiwa yang terjadi hari demi hari dapat berubah, tergantung bagaimana manusia menjalani kehidupannya. Mungkin saja hari ini sebagian manusia berkonflik satu sama lain, namun tidak ada yang tahu, besok bisa saja berdamai. Hal yang sama juga berlaku sebaliknya.

Baca juga Makna Perdamaian

Berangkat dari realitas tersebut, konflik dan perdamaian adalah sebuah siklus. Keduanya terjadi saling bergantian. Di satu sisi, tidak ada manusia yang sanggup bertahan dalam konflik berkepanjangan, karena mudarat yang ditimbulkan jauh lebih besar dari manfaatnya. Sementara pada saat bersamaan manusia juga kesulitan memertahankan perdamaian dalam jangka waktu lama, karena tingginya nafsu untuk mendominasi apa yang wujud di hadapannya.

Sekalipun sulit, menjadikan perdamaian sebagai budaya bukan hal mustahil. Ketika terjadi gesekan di tengah-tengah masyarakat, upayakan agar tidak menjadikan konflik sebagai satu-satunya solusi dari permasalahan. Kita bisa memikirkan cara-cara lain untuk menyelesaikan masalah tanpa harus menimbulkan masalah lainnya.

Baca juga Pandemi dan Semangat Berbagi

Jika mayoritas masyarakat tidak dapat mengontrol emosi, maka hendaknya ada pihak-pihak yang bertindak untuk mendinginkan situasi. Pada dasarnya, manusia memiliki akal pikiran dan hati nurani. Dengan dua elemen itu, manusia harusnya bisa berpikir jernih dan menahan emosi.

Saya berkeyakinan, alasan mengapa konflik membesar adalah karena ada pihak-pihak yang memprovokasi, sehingga akal dan hati manusia tertutup oleh kebencian. Ini yang seharusnya dihindari.

Baca juga Membangun Lingkungan Positif

Apabila situasi sudah mulai tenang, pihak yang berkonflik ajaklah untuk berdialog. Mediasi dibutuhkan untuk menemukan akar permasalahan dan solusi terbaik untuk menyelesaikannya. Yakinlah bahwa masalah apa pun jika dibicarakan baik-baik, maka akan mendapatkan jalan keluar. Ketika kesepakatan damai sudah tercapai, kedua belah pihak diminta untuk berkomitmen menjaganya agar konflik tidak kembali pecah.

Mekanisme penyelesaian masalah ini hendaknya dilakukan secara berulang, agar perdamaian dapat menjadi kebiasaan. Memang dibutuhkan proses yang tidak sebentar. Tetapi jika kita membiasakan cara-cara damai dalam menyelesaikan setiap persoalan, maka perdamaian lambat laun akan membudaya.

Baca juga Dukungan Komunitas untuk Kebangkitan Korban

Memprioritaskan penggunaan cara-cara damai adalah salah satu upaya kita dalam menerima perbedaan. Terlebih bagi Indonesia yang sangat majemuk. Sudah lebih dari 70 tahun kita merdeka dan bersatu sebagai bangsa. Itu artinya masyarakat Indonesia cukup berhasil dalam membudayakan perdamaian, sekalipun banyak riak dalam perjalanannya. 

Apa jadinya jika masyarakat Indonesia berwatak gemar konflik. Saya membayangkan Indonesia mungkin sudah bubar dari dulu. Kondisi Indonesia yang relatif stabil menunjukkan bahwa budaya damai sudah dipupuk sedikit demi sedikit, dari dulu hingga sekarang. Tugas kita sebagai generasi kini adalah melanjutkan tren positif tersebut. Budaya perdamaian perlu kita tanamkan lebih kuat agar riak-riak yang sempat muncul tidak terjadi lagi.

Baca juga Tiga Mantra Perdamaian

Pada akhirnya, perdamaian itu bertumpu pada rasa saling memahami antarsatu sama lain. Ketika hati sudah saling bertaut, maka tidak ada lagi ruang bagi permusuhan. Rasa saling memahami akan menumbuhkan semangat persaudaraan. Kalau sudah demikian, masihkah ada orang yang tega menyakiti saudaranya?

Baca juga Determinasi Diri Penyintas Bom Kuningan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *