09/01/2021

Kerendahan Hati Membangun Perdamaian

Oleh Muhammad Saiful Haq
Fakultas Psikologi Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Hampir semua lapisan kelompok masyarakat sangat rentan terpapar narasi-narasi yang mengarah pada kebencian bahkan tindak kekerasan kepada kelompok lain. Tantangan menjaga perdamaian semakin berat, apalagi narasi provokatif menyebar luas di tengah kita. Narasi itu berseliweran dengan mudah di beberapa forum, daring maupun luring.

Segudang tantangan tersebut menuntut kita untuk tak sekadar cerdas mengolah informasi, melainkan juga kerendahan hati untuk tidak membalas narasi-narasi provokatif itu dengan hal yang sama.

Baca juga Keutamaan Bersikap Kaya

Dalam kajian psikologi, konsep rendah hati dikembangkan bersamaan dengan pendekatan intelektual sehingga melahirkan konsep intellectual humility. Oleh para pakar, intellectual humility dianggap sebagai sikap dan perilaku positif dalam menyikapi ketidaksetujuan.

Pada dasarnya, tidak ada larangan memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain. Setiap orang berhak mempercayai sesuatu dan memiliki rasa tidak setuju pada pandangan hidup orang lain. Namun dalam interaksi sosial, ada pembatasan-pembatasan tertentu yang harus kita praktikkan agar perdamaian tetap utuh di tengah masyarakat dan demi kemaslahatan bersama.

Baca juga Keistimewaan Musibah

Bagi orang yang memiliki sikap intellectual humility, narasi-narasi ketidaksukaan atau ketidaksetujuannya pada sebuah kelompok, tidak menjadikannya memunculkan perilaku buruk. Sebaliknya ia menunjukkan sikap dan perilaku  positif seperti mau untuk memahami perbedaan, memiliki pikiran terbuka, dan keberanian mengakui kesalahan pemahamannya.

Peneliti yang dilakukan Hook dan kawan-kawan di tahun 2016 berjudul Intellectual Humility and Religious Tolerance menemukan bahwa toleransi beragama ditemukan pada individu yang memiliki tingkat intellectual humility tinggi.

Individu dengan intellectual humility yang baik akan mampu bersikap terbuka terhadap informasi baru, melakukan komparasi pengetahuan dan kebenaran dari sumber lain bahkan keyakinan yang berbeda dengannya. Intellectual humility mendorong kita memiliki kecenderungan perlakuan yang damai dan hormat kepada yang berbeda.

Baca juga Mengimunisasi Remaja

Oleh karena itu, orang-orang yang tidak bisa menyaring informasi provokatif memiliki intellectual humility yang rendah. Pada tahapan yang paling berbahaya, orang yang rendah intellectual humility-nya akan mudah ikut menyebarkan provokasi bahkan mendorong terjadinya aksi-aksi kekerasan yang berujung penyerangan pada individu atau kelompok yang berbeda pandangan.

Lantas bagaimana menumbuhkan karakter intellectual humility? Kita harus mampu menggabungkan antara kerendahan hati, mau mengakui kesalahan, dan penghayatan sosial terutama terkait keberagaman, serta menjauhi diri dari perasaan paling benar, angkuh dan egois. Hal ini sejalan dengan ajaran islam yang senantiasa mengajak kita untuk bersikap tawadhu’. Bukankah sebagai mukmin yang baik, kita diminta untuk tawadhu’ dan tidak ujub dan takabur kepada orang lain meskipun kita merasa benar?

Baca juga Bersyukur Pantang Mengeluh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *