11/01/2021

Berjihad Mesti dengan Ilmu

oleh Fikri
Master Ilmu Politik Universitas Indonesia

Seorang muslim nyaris tidak akan bisa melakukan suatu amal kebaikan dengan benar kecuali berdasarkan ilmu. Ilmu adalah landasan seseorang untuk melaksanakan kewajiban, meninggalkan larangan, sekaligus menjadi rambu-rambu agar dapat membawa kemaslahatan bagi umat. Apalagi dalam amal-amal yang memiliki konsekuensi besar seperti jihad.

Ibarat seseorang yang hendak mengendarai kendaraan bermotornya, maka ia harus memiliki syarat kecakapan. Mengerti masing-masing fungsi pada kendaraan, pun memahami rambu-rambu lalu-lintas. Sehingga ia bisa mengendarai dengan aman dan selamat. Aman untuk dirinya dan orang lain.

Tanpa ilmu seseorang hanya menduga-duga dalam beramal kebajikan. Ia menduga telah melakukan kebaikan, padahal bisa jadi sebaliknya malah menimbulkan mudarat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Baca juga Kerendahan Hati Membangun Perdamaian

Penulis pernah berbincang dengan salah seorang mantan pelaku ekstremisme kekerasan. Setelah merenung dan belajar lebih banyak, ia menyesali perbuatannya yang pernah ia yakini sebagai jihad. Pasalnya aksi tersebut justru banyak memicu kemudaratan, bahkan terutama bagi umat Islam sendiri.

Dampak aksinya berbanding terbalik dengan tujuan yang dikehendaki. Banyak korban tak bersalah berjatuhan, termasuk saudara sesama muslim. Para korban harus menderita secara fisik, mental, dan juga ekonomi. Orang tua kehilangan anak, istri kehilangan suami, keluarga kehilangan tulang punggung perekonomian rumah tangganya.

Dalam hemat penulis, ada ketimpangan ilmu yang diajarkan kepada aktivis kelompok ekstrem. Mereka tidak mendapatkan ilmu yang proporsional dan menyeluruh. Ilmu yang diajarkan lebih didominasi dengan materi kemiliteran dan latihan perang. Pengetahuan teoretis tentang jihad justru tidak diajarkan secara mendalam.

Baca juga Keutamaan Bersikap Kaya

Salah satu poin yang menjadi perhatian penulis adalah cara berpikir dan persepsi dalam perjuangan mereka. Abu Mushab As Suri dalam bukunya Ad-Da’wah Al-Muqawwamah Al-Islamiyyah Al-‘Alamiyyah berkomentar, “Manhaj aliran jihadi hanya bersifat parsial, tidak komprehensif, hanya terbatas pada masalah al-wala’ wal bara’ dan al-hakimiyah, serta sempitnya cakrawala pustaka dan karya tulis di tubuh aliran jihadi.”

Hal demikian sangat berpengaruh terhadap karakter personal aktivis kelompok ekstrem yang cenderung keras, tidak ramah, kurang akhlakul karimah, dan rentan dengan perpecahan internal. Tak aneh jika tujuan yang mereka inginkan justru dibenci dan dijauhi oleh umat islam sendiri.

Sebagai contoh, di Mali, negara di kawasan Afrika Barat. Beberapa kota di negara tersebut pernah dikuasai oleh aktivis-aktivis jihadi sejak tahun 2007. Mereka mencoba menjalankan kekuasaan dengan syariat Islam. Akan tetapi tidak sampai 5 tahun mereka gagal menjalankannya.

Baca juga Keistimewaan Musibah

Masyarakat setempat yang mayoritas belum paham betul tentang Islam, bahkan sebagian belum mengetahui tata cara shalat dengan benar, dipaksakan untuk menjalankan syariat Islam secara total dengan konsekuensi hukuman-hukuman yang berat. Walhasil yang terjadi sangat kontraproduktif. Masyarakat menolak aturan-aturan Islam yang diterapkan dengan cara-cara sporadis seperti itu.

Pelajaran yang bisa diambil, jihad merupakan ajaran mulia dalam Islam yang menyimpan banyak hikmah dan manfaat. Konsekuensi penerapan jihad dalam arti perang adalah membunuh atau dibunuh. Perkara besar yang berhubungan dengan tumpahnya darah manusia. Maka dari itu praktiknya harus benar-benar didasari dengan ilmu yang mendalam dan kajian yang komprehensif.

Baca juga Mengimunisasi Remaja

Solusi dari semua masalah ini adalah meningkatkan kapasitas keilmuan. Ketika  sudah memahami syariat dan ilmu dalam setiap perkara yang dihadapi, maka akan mampu menahan diri dan mencerna setiap tindakan yang akan dilakukan.

عن معاوية – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم: مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ

Dari Mu’awiyah RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam).” (Muttafaqun ‘Alaih)

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاء اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ

“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakal yang dapat menerima pelajaran.” (Qs. Az-Zumar: 9).

Baca juga Bersyukur Pantang Mengeluh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *