26/06/2021

Seni Mengelola Dendam

Ketika dikecewakan atau disakiti oleh seseorang, terkadang kita ingin membalasnya. Perasaan tersebut adalah hal wajar. Balas dendam adalah pengalaman yang normal dirasakan dalam kehidupan manusia sebagai respons terhadap sikap dan perilaku orang lain yang dianggap telah merugikan.

Orang yang memendam rasa dendam memiliki dorongan untuk melakukan tindakan balasan kepada orang lain agar mendapatkan kelegaan. Benarkah membalaskan dendam mampu membawa kita merasakan rasa nyaman?

Baca juga Kesabaran dan Pemaafan

Beberapa ahli psikologi menemukan fakta yang unik bahwa membalaskan dendam kepada orang yang pernah melukai kita memang memunculkan rasa lega, karena terjadi pelepasan/peluapan emosional. Namun rasa itu hanya terjadi saat proses balas dendam dan akan segera berganti dengan rasa bersalah. Walhasil muncul keinginan menghukum diri karena telah melakukan perbuatan yang sama buruknya dengan orang lain. Artinya kelegaan hanya bertahan sesaat.

Membalas dendam ternyata hanya akan memperparah bahkan membuka kembali luka emosional yang dimiliki. Karena setelah dendam terlampiaskan, rasa sakit yang mungkin telah mulai sembuh justru kembali muncul.

Mengelola energi dendam

Dendam mampu melahirkan energi yang melimpah. Alih-alih digunakan untuk melakukan aksi balas dendam yang ujungnya membuat kita melakukan keburukan, lebih baik bila energi yang ada dikelola untuk kegiatan positif. Banyak kisah telah meneladankan bagaimana perasaan dihina dan disakiti menjadi pelecut seseorang meraih kesuksesan.

Bagaimana memulai mengelola rasa dendam agar menjadi lebih positif? Kita butuh kemampuan untuk mengontrol diri. Kontrol diri ini berpusat pada energi, pikiran, dan kemampuan fokus pada harapan terbaik, bukan terbuang sia-sia hanya untuk memikirkan orang yang menyakiti kita. Meski dendam adalah hal negatif, namun bila ledakan energi itu dialihkan pada aktivitas positif maka hasilnya adalah kemaslahatan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Baca juga Menjaga Akhlak di Medsos

Setelah mampu mengontrol diri, jadikan rasa sakit hati menjadi motivasi untuk berprestasi. Salah satu cara membangkitkan motivasi berprestasi adalah mengubah cara pandang. Jika sebelumnya ingin disalurkan dengan cara negatif, kali ini berfokus pada hal-hal yang membuat kita mampu membuktikan diri menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Tentu saja, kemampuan kontrol diri, memotivasi diri, dan keinginan untuk membuktikan diri secara tidak langsung akan menggerakkan kita untuk menjadi pribadi yang ingin berkembang dan belajar. Energi membalas dendam teralihfokuskan pada pengembangan potensi diri secara maksimal.

Baca juga ‘Kepungan’ Menjaga Harmoni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *