29/10/2020

Bersahabat dengan Mantan Ekstremis

Aliansi Indonesia Damai- Namanya Ni Luh Erniati. Akrab disapa Erni. Saat ini dipercaya oleh para penyintas Bom Bali sebagai Ketua Isana Dewata, komunitas penyintas Bom Bali 2002 dan 2005. Suami Erni, I Gede Badrawan, meninggal dunia dalam serangan bom di kawasan Legian, Kuta, Bali, 12 Oktober 2002.

Bagi Erni, kepergian suami untuk selamanya ibarat kehilangan separuh jiwa. Tak mudah baginya menerima kenyataan itu. Ia bertahun-tahun mengalami gejolak batin. Sebagai ikhtiar penyembuhan psikis, ia menjalani konseling bersama psikolog. Selain menyembuhkan dirinya sendiri, ia juga dituntut membesarkan kedua anaknya tanpa figur ayah.

Baca juga 18 Tahun Bom Bali: Cinta untuk Mereka yang Tiada (Bag. I)

Saking terpuruknya, Erni bahkan sempat merasa kakinya seolah mengambang ketika berdiri. Namun saat itu, salah seorang temannya berpetuah, “Ni Luh, kamu jangan mati sebelum benar-benar mati.” Ia lantas mengulang-ulang kata-kata itu setiap batinnya bergolak.

Setelah upayanya untuk berdamai dengan diri sendiri menuai hasil, ia mencoba meluaskan hatinya untuk memaafkan segala yang terjadi, termasuk mengampuni mantan pelaku terorisme. Tak sekadar memaafkan, ia bahkan menjalin persahabatan dengan Ali Fauzi Manzi, mantan pelaku ekstremisme kekerasan, yang juga adik dari trio pelaku Bom Bali 2002 (Ali Ghufron, Amrozi, Ali Imron).

Baca juga 18 Tahun Bom Bali: Cinta untuk Mereka yang Tiada (Bag. II-Terakhir)

Bagi Erni, bersahabat dan menjalin silaturahmi dengan mantan pelaku menjadi salah satu terapi untuk mengokohkan batinnya. Ia bisa menceritakan perasaan sakitnya kepada Ali Fauzi secara langsung. Awal bertemu dengan Ali Fauzi, ia merasa masih ada yang mengganjal dalam dirinya. Namun setelah keduanya saling bercerita, perasaan itu mulai luntur. Ia mulai memahami kisah Ali Fauzi dan pada akhirnya memilih memaafkannya.

“Saya mempelajari kisahnya. Saya sadar setiap orang punya kesalahan. Tidak ada orang yang tak punya salah. Tapi setiap orang punya kesempatan memperbaiki diri. Akhirnya kami saling memaafkan. Sambil menitip satu harapan agar tidak terulang lagi kejadian seperti di masa lalu,” kata Erni.

Baca juga Jalan Panjang Kebangkitan Korban Bom Bali 2002: Penyembuhan Luka (Bagian I)

Usai pertemuan pertama, Erni dan Ali Fauzi benar-benar menjadi sahabat. Erni bahkan sempat mendatangi kediaman Ali di Lamongan. “Saya memang niat bersilaturahmi, berkunjung ke rumah Pak Ali karena saya kebetulan sedang di Lamongan. Ketika di sana, saya bahkan disambut keluarga besarnya. Saya banyak mendengar kisah-kisahnya,” ujar Erni mengenang kunjungannya beberapa tahun silam.

Silaturahmi itu bukan hanya tanda saling memaafkan. Namun juga komitmen mereka untuk saling menjaga perdamaian. “Kini kami menjadi satu tim menyuarakan perdamaian bersama AIDA,” katanya.

Baca juga Jalan Panjang Kebangkitan Korban Bom Bali 2002: Upaya Kebangkitan (Bagian II-Terakhir)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *