07/05/2020

Mereka yang Menemukan Jalan Kembali (Bag. 2)

Ada banyak faktor yang mendorong pelaku ekstremisme kekerasan memutuskan meninggalkan kelompok dan pemahamannya yang lampau. Masing-masing individu juga memiliki alasan tersendiri. Namun dari nama-nama yang dirangkum redaksi, semuanya berkomitmen untuk menebarkan perdamaian kepada khalayak luas.

Sumarno

Sumarno alias Asadullah sempat diburu polisi lantaran dituding menyimpan amunisi dan persenjataan yang hendak disuplai ke wilayah konflik di Poso, Sulawesi Tengah dan Ambon Maluku. Dia tertangkap di Ngawi Jawa Timur pada tahun 2003 dan harus mendekam di Lapas Lamongan selama tiga tahun.

Baca juga Mereka yang Menemukan Jalan Kembali (Bag. 1)

Sumarno yang sempat meragukan keislaman aparat negara dan menganggapnya sebagai ansharut taghut menemukan fakta lain di balik jeruji besi. Dia mendapat perlakuan sangat baik dari petugas Lapas. Salah seorang temannya yang berprofesi sebagai polisi juga memberikan perhatian dan dukungan kepadanya.

Usai menghirup udara bebas, Sumarno membesuk paman sekaligus gurunya, Ali Imron di Mapolda Metro Jakarta. Sang paman memintanya berhenti dari aksi-aksi ekstremisme. “Berhenti, dan jangan dilanjutkan. Dendam tidak akan menyelesaikan masalah,” demikian ia mengenang petuah dari terpidana seumur hidup kasus Bom Bali 2002 itu. Selepas pertemuan itu, Sumarno membulatkan tekad untuk insaf dan meninggalkan ekstremisme.

Baca juga Rindu Ibu, Ekstremisme Luruh (Bag. 1)

Beberapa tahun setelahnya, Sumarno bertemu sejumlah korban bom. Melihat dan mendengar secara langsung penderitaan korban, ia merasa iba. Sumarno sama sekali tak menyangka korban mau memaafkan perbuatannya. Sumarno meminta maaf secara tulus .“Setelah melihat kondisi korban bom, timbul rasa empati dan kesedihan. Saya meminta maaf kepada para korban atas nama saudara-saudara saya (ikhwan),” papar Sumarno.

Baca juga Rindu Ibu, Ekstremisme Luruh (Bag. 2-Terakhir)

Perjumpaan itu tidak hanya membuat Sumarno makin mantap meninggalkan kelompok lamanya. Lebih dari itu telah menginspirasinya untuk turut aktif dalam kampanye perdamaian. Bersama pamannya, Ali Fauzi Manzi, dan sejumlah rekan di jaringan lamanya dulu, Sumarno mendirikan Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP), komunitas yang menampung mantan pelaku ekstremisme yang telah insaf.

Mukhtar Khairi

Ia dianggap sebagai kader potensial untuk menjadi pemimpin kelompok esktrem. Dia diberangkatkan ke pegunungan Jalin Jantho, Aceh Besar untuk mengikuti pelatihan militer. Kendati sebenarnya yang dia inginkan adalah berjihad ke Afghanistan atau Palestina, dua negara yang menurut dia umat muslimnya betul-betul dizalimi. Namun sebelum mimpi itu terwujud, ia tertangkap pada bulan Maret 2010 dan menjalani hukuman penjara selama lima tahun.

Baca juga Pendidikan Kritis Mengentaskannya dari Ekstremisme

Bilik jeruji besi tak menciutkan nyalinya. Ideologinya malah kian menguat setelah ditempatkan bersama narapidana terorisme yang berideologi sangat ekstrem. Namun setahun menjelang kebebasannya, muncul kritik Mukhtar terhadap kelompoknya. Karenanya diam-diam ia mengikuti pengajian yang diampu ustadz di luar kelompoknya. Dia menemukan wawasan keislaman yang berbeda dengan ajaran kelompok ekstrem.

“Saya ngerasa kelompok ini jadi terkesan suka membunuh orang. Lalu diam-diam saya ikut pengajian ustadz lain,” ujarnya. Sejak itu Mukhtar dijauhi dan di-tahdzir (ditegur), bahkan tak lagi dipercaya sebagai bagian dari kelompok ekstrem.

Baca juga Dari Wilayah Konflik ke Ruang Pendidik

Mukhtar bebas pada tahun 2017. Awalnya ia bingung dan khawatir masyarakat tidak mau menerimanya kembali. Namun seiring berjalannya waktu, Mukhtar bisa beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Ia diterima dengan baik, bahkan acapkali diminta menjadi imam shalat jamaah di musala.

Saat ini Mukhtar mengajar privat tahfidz al-Quran di sebuah yayasan pendidikan di Jakarta. Ia juga bergabung dengan komunitas Rumah Daulat Buku. Bersama AIDA, Mukhtar beberapa kali terlibat dalam kampanye perdamaian bagi kalangan muda. (bersambung)

Baca juga Titik-Titik Balik Seorang Ekstremis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *