22/10/2020

Semangat Belajar Penyintas Bom

Aliansi Indonesia Damai- Serangan bom di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, nyaris saja memupus cita-cita mulia Susi Afitriyani. Akibat peristiwa itu, kondisi fisiknya tak bisa pulih seperti sedia kala. Keinginannya untuk menempuh jenjang pendidikan setinggi-tingginya sempat hilang.

”Saya teringat pesan Almarhum Kiai saya. Cukup ibu saya yang miskin dan tidak berpendidikan. Biar saya yang melanjutkan kuliah. Saya bisa meyakinkan orang tua saya,” ujar Susi Afitriani, mengenang hal-hal yang membangkitkannya dari keterpurukan.

Baca juga Tak Cacat Ilmu

Dengan beasiswa, Pipit lulus dari SMA di Brebes. Sempat bekerja di restoran, ia memutuskan keluar dan memantapkan diri untuk merantau ke ibu kota, Jakarta. Misinya bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya. Sembari bekerja, ia menempuh kuliah kelas malam di Fakultas Ekonomi salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta Timur.

Malam itu, ia hendak pulang ke indekosnya usai mengikuti perkuliahan. Saat menunggu angkutan umum di Terminal Kampung Melayu, ia mendengar suara ledakan sangat keras tak jauh dari posisinya berada. Ia berlari menyelamatkan diri, namun terjatuh dan tak sanggup lagi berdiri. ”Saya tersandung kaki saya sendiri. Kondisi saya lemas dan sulit untuk bangun. Saya tertelungkup di bawah sepatu polisi,” ucap Pipit.

Baca juga Menjadi Pribadi Bermanfaat

Beruntung seseorang menolong dan membawanya ke rumah sakit. Dalam kondisi setengah sadar dan lemas, Pipit merasa sekujur badannya sakit, terutama di bagian lengan kanan. Terlintas dalam benaknya sosok ibu. ”Ya Allah jika memang ini sudah jalannya, saya sudah ikhlas. Berikan seseorang yang bisa menjaga ibu saya,” ujarnya mengenang masa kritis. 

Setelah menjalani rawat inap dan operasi pangkal lengan kanannya yang patah, Pipit pulang ke Brebes untuk menjalani pemulihan bersama keluarganya. Serangkaian upaya medis telah dilakukan, namun tak bisa mengembalikan keadaannya seperti sedia kala. Tangan kanannya tak lagi berfungsi normal.

Baca juga Sosok Kecil Bermental Besar

Sekalipun telah menjadi difabel, cita-citanya untuk melanjutkan kuliah dan membuat orang tua bahagia tidak pudar. Pertemuannya dengan sesama penyintas terorisme semakin menguatkan diri Pipit. ”Alhamdulillah saya bertemu dengan orang-orang yang hebat. Kini saya menjadi duta perdamaian AIDA,” katanya.

Ia berharap tak ada lagi aksi kekerasan yang membuat orang-orang tak bersalah menderita, bahkan menjadi difabel.

Baca juga Boleh Cacat Fisik asal Tak Cacat Ilmu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *